Rahasia Gunung

gusblero - rahasia gunung

Saya mendaki gunung, dan ketika sampai di atasnya tidak lagi menampak ketinggian. Saya justru merasakan kedalaman. Barangkali itulah rahasia dari sebuah gunung: ia tidak menyimpan rahasia.

 

Orang-orang mendaki gunung, untuk mencari rahasia hidup katanya. Di atas gunung alasan serupa itu menjadi bullshit, tai kerbau bahasa prokemnya. Orang tak akan pernah tahu rahasia hidup manakala ia tidak terbuka.

 

Ini seperti cinta yang tertanam di kalbu Sayyidatina Khadijah al Kubra terhadap Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di atas Jabal Nur ia membiarkan seluruh tangan-tangan mata dan hatinya menerima segala apapun yang telah digariskan Allah Yang Maha Kuasa. Hingga kemudian: rahasia mim dalam kalimat Muhammad pun menjadi terbuka.

 

Di atas jabal Qaf, di atas semburat warna pelangi gunung Danxia, di atas Sindoro, dan di atas gunung-gunung terhampar di seluruh penjuru dunia, kita akan bisa menemukan rahasia-rahasia itu. Bermunajatlah bersama gunung. Puncak dari sebuah kedalaman.

 

Falaa yu’dziijaarohu janganlah menyakiti tetangga, fal yukrim dhoifahu muliakanlah tamu, falyaqul khoiraan ‘auliyaskut ucapkanlah yang baik atau diamlah. Maka biarkan gunung tumbuh dan membesar dalam dirimu. Ia akan mengajarimu tentang ketinggian dan kerendahan.

 

Ketinggian adalah sebuah jalan untuk menemukan kunci di kedalaman. Dan kebahagiaan hanya akan bisa engkau rasakan saat engkau memahami siapa dirimu sejati!

 

Gusblero Free, 11 Maret 2018

Sebuah Musim Bagi Kebahagiaan

gusblero - ultah ani

Ulang Tahun seperti musim buah, ia datang dan berulang setiap tahun dan disuka citakan orang-orang yang mencintainya.

 

Diawal waktu, kehidupan seperti pohon dengan akar yang rapuh dan pokok kecil yang gemetar diombang-ambingkan cuaca. Maka setiap tahun kita mengulang tahuninya. Kita menyanyikan banyak lagu untuk menyirami hatinya agar bergembira. Kita memberinya pupuk semangat agar tetaplah menjadi hidup beranjak besar seperti harapan kita. Kita mendoakannya seperti kita mendoakan diri sendiri agar tak kehilangannya.

 

Hingga pohon berbuah yang pertama. Warna-warninya banyak menggoda orang untuk memetiknya. Orang-orang berfoto selfie berfoto wefie, tetapi tetap tak boleh semena-mena. Karena setiap pohon ada pemiliknya, setiap pohon ada penjaganya.

 

Lalu datang musim berikutnya. Begitulah kemudian kita menandai waktu bagi keberadaannya yang istimewa. Kita mengulang tahuninya untuk menunjukkan syukur atas hidup yang telah diberikan Allah Yang Maha Kuasa. Kita mendoakannya agar kita tak kehilangan kesempatan untuk bersama-sama tetap hidup hingga tahun-tahun berikutnya.

 

Maka demikianlah ulang tahun kemudian terus berulang seperti musim buah. Ia menjadi istimewa bagi orang-orang yang menyukainya. Dan ia menjadi tambah istimewa jika setiap musimnya pohon berbuah dan bertambah memberikan keberkahan bagi orang-orang di sekelilingnya.

 

Begitu jugalah aku memandangmu. Jadilah pohon yang kuat dipenuhi buah kebaikan bagi orang-orang yang melihatmu. Hidup harus memiliki inspirasi agar kemulian yang dianugerahkan Yang Maha Hidup menjadi berarti.

 

Selamat Ulang Tahun, Istriku…..semoga sepanjang musim ramah kebahagiaan..

Gusblero Free, 11 Maret 2018

Rayyan, “Bocah dari Sorga”

gusblero - rayyan

 

Namanya Rayyan. Dalam wawancara di sebuah stasiun televisi ia bilang ingin sekali umrah, mendekat ke Baitullah untuk berdoa, memohonkan kesembuhan bagi ibunya yang sudah lama sakit. Orang-orang tersentak. Mendadak banyak mata berlinang, orang-orang menangis.

 

Rayyan, bisa jadi ia memang wayang kecil yang dikirim sebagai ilham dari sorga. Ia adalah pewaris ajaran Nabi, yang begitu ingin memuliakan ibunya. Ia bilang, seorang ibu lebih penting dari segalanya. Lagi-lagi sebuah jawaban yang sungguh mengharukan dari seorang anak. Tetapi kali ini orang-orang sudah tidak lagi tersentak. Orang-orang sudah berlinang air mata.

 

Kamis 8 Maret 2018 lalu, bahkan para Malaikat di penjuru langit nampaknya harus mengucapkan shalawat dan salam lebih keras lagi, utamanya kepada si bocah mulia Rayyan. Ibunya yang begitu disayang dan terus dijaganya itu pada akhirnya meninggal.

 

Toh begitu. Kepada umrah yang belum sempat dilaksanakan bocah itu tak hendak menunggu. Untuk seorang ibu, bahkan entah di manapun berada sebuah doa tak boleh tertunda. Apakah kemudian masih banyak orang akan menangis, itu sudah tidak penting. Satu hal pasti, sorga yang lapang akan terus menunggu entah kapan kedatangan si bocah mulia yang tengah pekan ini telah kehilangan ibunya.

 

 

………………..
 

Puluhan pelayat terus berdatangan ke kediaman Al Rayyan Dikri Nugraha (10), di Dusun Gedongan, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mereka silih berganti menyampaikan belasungkawa serta memberi penghiburan kepada bocah laki-laki itu.

 

Sebagian dari mereka tak kuasa menahan air mata, lalu menyalami dan memeluk anak itu. Begitu juga dengan Rayyan yang terlihat menyimpan duka mendalam. Sesekali ia menyeka air mata. Betapa tidak, kini Rayyan tidak bisa lagi berjumpa dengan sang ibu, Ani Supriyatin. Wanita yang melahirkannya itu telah tiada pada Kamis (8/3/2018) akibat penyakit gagal ginjal.

 

Kisah pilu tentang Rayyan dan ibunya sempat viral belum lama ini. Rayyan yang masih duduk di bangku kelas III sekolah dasar itu menghabiskan waktu untuk merawat ibunya di RSUD Tidar Kota Magelang. Tanpa alas tidur dan tanpa makanan, Rayyan tulus merawat ibu tercintanya itu. Dengan telaten, bocah yang bercita-cita sebagai anggota TNI tersebut menyuapi sang ibu, memijat, menuntun ke kamar mandi, hingga membersihkan kotoran ketika ibunya muntah-muntah.

 

Kondisi tersebut praktis membuat Rayyan tak bisa sekolah, apalagi bermain seperti teman-teman sebaya lainnya. “Saya sayang sekali sama ibu. Saya tidak mau berpisah,” kata Rayyan saat ditemui di bangsal Gladiol no 14 RSUD Tidar Kota Magelang, Jumat (16/2/2018).

 

Beruntung, pihak sekolah Rayyan sudah memahami kondisi Rayyan dan ibunya sehingga Rayyan diperbolehkan tidak masuk sekolah ketika harus menjaga sang ibu di rumah sakit. “Pak guru dan bu guru enggak pernah marah. Mereka tahu saya harus merawat ibu,” ucapnya.

 

Ketika ditanya mengenai sang Ayah, Rayyan mengatakan tidak pernah mengenal siapa Ayah kandungnya. Sejak kecil hanya ibu yang mengasuhnya. Sehari-hari ibunya bekerja berjualan kue dan makanan kecil. Hidupnya juga berpindah-pindah dari kos ke kos. Ani sendiri begitu bersyukur memiliki anak Rayyan yang sangat berbakti. Meski dirinya sendiri merasa sedih karena Rayyan yang masih kecil malah harus merawat dirinya yang sakit-sakitan.

 

“Anak ini telaten merawat saya, dari membantu mengangkat tubuh, mengganti baju bahkan baju dalam, sampai ke kamar mandi juga dibantu Rayyan,” ujarnya sambil berurai air mata di atas kursi roda sambil memeluk Rayyan.

 

Subhanallah…

 

Gusblero Free

 

Sumber:

https://regional.kompas.com/read/2018/03/08/19093571/rayyan-bocah-sd-yang-rawat-ibunya-sendirian-akhirnya-kehilangan-ibu

 

https://youtu.be/AUTNYFlHs2M

Doa Ini Akan Menguji Iman Anda

gusblero - doa penguji iman

“Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin”.

 

Doa di atas adalah satu dari sekian banyak doa yang diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW untuk umatnya. Hadits tersebut derajatnya hasan. Artinya tidak berisi informasi yang bohong, tidak bertentangan dengan hadits lain dan Al-Qur’an dan informasinya kabur, serta memiliki lebih dari satu Sanad dan disetujui keakuratannya oleh sebagian besar pakar hadits.

 

Tetapi, bisa jadi hadits yang berisi ajaran Nabi tersebut menjadi doa yang paling tidak populer, bahkan cenderung tidak dipilih (otomatis paling jarang dipraktekkan) oleh kebanyakan kaum muslimin, berkaitan dengan lafadz ‘miskin’ yang terkandung dalam doa itu.

 

Bukan saja oleh muslim Indonesia. Saya mengkonfirmasi pada teman yang memiliki keluarga di Arab, paham bahasa Arab, sehari-hari menggunakan bahasa Arab pun, doa itu menjadi doa warisan Nabi yang bisa dibilang paling tidak populer diamalkan. Dalam istilah sekarang, secara rating kalah jauh dengan misalnya, doa minta kenaikan derajat, doa minta kaya, doa minta jodoh, doa minta anak, dan sebagainya.

 

Padahal dalam diri Nabi, Allah telah menyampaikan “laqad kana fi rasulillahi uswatun hasanah”  [QS Al-Ahzab: 21]. Dalam diri Rasulullah SAW itu ada teladan yang baik. Dari tutur kata Beliau, akhlak Beliau, kecerdasan Beliau, gaya hidup Beliau, hingga tata cara ibadah secara totalitas terbaik. Begitupun termasuk yang Rasulullah SAW contohkan dalam hal berdoa.

 

Akan halnya demikian, benarkah lafadz “miskin” dalam doa tersebut dimaksudkan sebagai “orang-orang yang tidak berkecukupan di dalam hidupnya atau orang-orang yang kekurangan harta”?

 

Sebagai seorang muslim yang taat, yang ingin menjalankan apa yang sudah diajarkan Kanjeng Nabi secara kaffah, tak urung doa di atas memaksa kita berhenti sejenak. Inilah doa dari ajaran Rasulullah SAW yang bisa dibilang paling menguji iman.

 

Saya bertanya pada banyak orang, termasuk juga mencari literasi terjemahan paling “aman dan nyaman” untuk dipraktekkan. Anda silakan juga berselancar menemukan rujukan melalui mesin pencari. Hampir semuanya menyampaikan tentang “kandungan lafadz”, tetapi bukan “makna lafadz”. Asbabun doa, history, riwayat atau riwayatnya, tetapi bukan dari lafadz “miskin” itu sendiri.

 

Penterjemahan terbanyak berisi tentang penafsiran. Bahwa lafadz “miskin” yang dimaksud dalam doa tersebut adalah “Orang yang khusyu’ dan mutawaadli (orang yang tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala)”.

 

Akan tetapi, bisakah doa di atas yang secara umum terjemahannya: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin”, digantikan dengan “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu’ dan tawadhu’, dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu’ dan tawadhu’, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu’ dan tawadhu”?

 

Dalam literasi budaya Jawa ada dikenal hidup secara sederhana. Miskin tidak apa-apa asalkan setiap kali membutuhkan sesuatu ada dan tersedia. Ini maknanya juga bukan miskin, atau kondisi paling krusial, yang menumbuhkan tindakan yang terbaik yang kemudian kita sebut sebagai kondisi tawakkal. Miskin jelas juga tidak sama dengan pas. Pas butuh pas ada.

 

Kalaupun lafadz “miskin” diartikan “pas-pasan”, misalnya begitu. Beranikah Anda memanjatkan doa dengan pemahaman makna seperti itu? “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan matikanlah aku dalam keadaan pas-pasan, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang pas-pasan”?

 

“Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin”.

 

Saya menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan doa ini, mengkaji kandungan di dalamnya. Pada akhirnya saya meyakini formulasi pemahaman yang bisa jadi butuh banyak penyempurnaan, namun satu hal pasti membuat saya tidak canggung lagi dalam pengamalan.

 

Menurut saya, lafadz “miskiinan” tidaklah akan bisa diganti dengan lafadz ”dhaif” sekalipun, meskipun secara konotasi sama, namun makna harafiahnya berbeda. Lafadz “miskiinan” dalam doa tu adalah makna semantik, makna kata menurut maksud dari subyek itu sendiri. Dan inilah mengapa sebuah doa menjadi personal. Keseimbangan pemahaman yang hanya bisa dipahami oleh Obyek dan subyek itu sendiri. Wallahu ‘Aliimun Khabir.

 

“Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin”, bagi saya berarti Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan matikanlah aku dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa.”

 

Hidup tidak memberati (diberati) apa-apa, menjalani hidup sebagai sebentuk amanah dengan menyerahkan hasil sepenuhnya pada Kehendak Allah. Mati dalam keadaan tidak memberati (diberati) apa-apa, hilangnya keresahan atas apa yang telah dicapai sepanjang menjalankan amanahnya hidup.

 

Dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang tidak memberati (diberati) apa-apa. Tidak diberati perasaan bersalah yang itu maknanya dosa di hadapan Allah. Juga tidak memberati amalan yang kita pikir akan jadi sebentuk pahala yang akan menyelamatkan di yaumill akhir.

 

Karena, berapapun pahala dari amalan bisa engkau kumpulkan, semuanya kembali pada Allah, fafirru ilallah, bergantung pada Kehendak Allah. Dalam mahligai amal serupa apapun engkau akan tetap miskin di hadapan Allah.

Shallu ‘ala Muhammad.

 

Wonosobo, 4 Maret 2018

 

Gusblero Free