Quint Untuk Irene

gusblero - quint untuk irene

 

Sudah lama aku tidak menulis untukmu, Irene

Saat itu engkau pergi, dan menurutmu

yang kulihat hanya bianglala

Setahuku tak ada hujan sepagi ini, dan

Engkau tahu benar aku tidak menyukai metafora

 

Ini menjadi hari ganjil entah yang ke berapa

Bagiku sudah tak penting menghitung hari

Sama tidak pentingnya mengingat ungkapan

tentang suatu saat tentang sebuah ikrar

yang kita pikir bisa terjadi dua tiga tahun lagi

 

Ada saat-saat aku merasa ngilu di ulu hati

Tetapi membayangkan kamu tersenyum

sungguh membuatku bahagia

Dan aku pikir sudah cukuplah

Apa yang tertinggal biarlah misteri

 

Sekali-kali aku masih mendengar kabarmu

Sungguh sangat menyenangkan

Seperti melihat keindahan pada tiap malam purnama

Ini juga membahagiakan

Ketimbang aku melihat wajahmu berkali-kali

 

Gusblero Free, 11 Nopember 2016

Sepi Tak Sepi

gusblero - sepi tak sepi

 

Sepi tak sepi 
Selepas ramadhan segala rutinitas berjalan biasa. 
Bersama saling diam, Engkau kerjakan apa yang menjadi kuasa-Mu, 
kulakukan apa bisaku.

 

Hanya tengah malam 
Hanya di waktu turun hujan 
Hanya di antara khotbah jumatan 
Aku mencuri-curi waktu berasyik masyuk dengan-Mu.

 

Aku di sini 
Dalam diri yang yakin Engkau akan selalu bersamaku

 

Dalam damai 
Kita berhijrah dari sekalian hasad dan kedengkian orang. 
Cukup bagiku Engkau yang mengerti segala keterbatasanku. 
Engkau penuhi hidupku dengan sarapan pagi seperti biasa, 
Hidup bersama, hidup seperti biasa 
Tidak muluk-muluk, tidak berlebihan,
Tidak ada yang merasa jadi korban atau dikorbankan. 
Segala hal bernama kecintaan, kesetiaan, 
bahkan cukup disederhanakan dalam kalimat aku membutuhkan-Mu

 

Akulah bayangan dari kehendak-Mu. 
Maha Sinar yang jika Engkau mendekatkan padaku 
kian membuncahkan kebesaran.

 

Maafkan bila kadang kunodai mata jendela 
yang mana Engkau mengenalkan bukti-bukti keluasan-Mu 
dengan kedangkalan persepsi dan nafsuku yang terburu-buru

 

Dan Engkaulah sesungguhnya hidup 
Dengan mata aku melihat dengan kaki aku melangkah 
Dengan mulut aku bicara dengan segalaku untuk memantik hakikat 
Bahwa itu juga segala-Mu

 

Duhai persembahan cintaku

Duhai kehidupan dunia akhiratku

 

Gusblero Free, 21 September 2010

A Cup of Coffee

gusblero - a cup of coffe

segelas kopi di pagi hari barangkali tidak mengenyangkan
tapi di sini aku bisa melihat masa demi masa lewat begitu tenang
malamku yang berantakan dihajar mimpi buruk
dalam tiga teguk bisa aku lunaskan

maka begitulah aku menyukai kopi
kofein, nikotin, ianya semua adalah sahabat lama yang setia
yang dengannya aku mereguk ketenangan
sambil membayangkan maya wajahmu dalam segumpal asap
wajahmu!

selalu kopi menemaniku…

Gusblero Free, 6 Mei 2011

Diam Kusimpan Bulan

gusblero - diam kusimpan bulan

 

Diam-diam kusimpan bulan dalam hatiku

Pada hujan menghalang dan malam kehilangan purnama

kugenggam harapan itu

 

Diam-diam kusimpan bulan dalam diriku

Dalam diri yang diam api unggun membakar

rinduku padamu

 

Tak ada yang bisa diraba dari malam

ketika kegelapan menyembunyikan wajahmu

450 kilometer dari tempatmu berdiri

aku berteman dengan kerawanan
.

Gusblero Free

Kekasihku Memanggil

gusblero - kekasihku memanggil

 

Kekasihku memanggil Kekasihku Yang Maha Lain

dan aku bergembira mendengarnya

Inilah pertemuan tanpa bunga rupa

yang membuatku merasa ikut bergelora

 

Bila aku melihat ke barat

kita merasa ujung waktu semakin dekat

Lalu hanya sejenak kita mengecup kenikmatan

Terus berulang

 

Aku mencintai kekasih-kekasihku

dengan segenap kekurangan yang bisa diterima Sang Maha Kekasihku

Hingga andai pun hanya seberkas salam tersisa untukku

aku akan menangis untuk mendapatkan kebahagiaan itu

 

Duhai Yang Maha Terkasih

Ijinkan aku mencintai kekasih-kekasihku

 

Gusblero Free

Epilog

Alhamdulillaahi Rabbil ‘Alamiin. Wal ‘aqibatu lil muttaqiin wa-shalatu wa-salamu ‘alaa Rasuulina Muhammad wa aalihi wa shahbihi ‘ajma’in. Allaahumma nadhdhim ahwalana wa hassin af’alana wa khalishna min alamil faqri wa li-dzulli wa’shimna minal bala’I wal waba’I wa tha’uun, wa min syuruuril a’da’I wa-syayathiin wa-nafsil ‘ammarati bissuu’i. Allaahumma bassirlanal intidhama fi jamii’il ‘umuuriddunyawiyyah wa-diiniyyah wa hashshil muradana bil khair. Allaahumma ba’idna minasysyarri wal ‘ishyaan. Allaahumma inna na’udzubika min juhdil bala’I wa darkisysyaqa’I wa suu’il qadha’I wa syamatatil a’da’i. Yaa Muhawwilal hauli wal ‘ahwali hawwil halana ilaa ahsani hal. Allaahumma Yaa Katsiirannawal wa Yaa Khaliqu jamii’il af’ali wa-fiqna li-niyatil khair fi jamii’il ‘aqwali wal ‘ahwal. Allaahumma sallimna wa sallim diinana wa taslub waqtannaz’I iimaanana wa la tusallith ‘alaina man la yakhafuka wa la yarhamuna warzuqna khaira’iddunya wal aakhirati innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir.

 

Yaa lathifu. Yaa maw wasi’a luthfuhhuu ahhlas samaawaati wal ardli nas-aluka bikhofiyyi khofiyyi luthfikal khofiyyi ang tukhfiyanaa fii khofiyyi khofiyyi luthfikal khofiyyi innaka qulta wa qoulukal haqqulloohhu lathiifum bi’ibaadihhii yarzuku may yasyaa-u wa hhuwal qowiyyul ‘aziizu alloohhumma innaa nas-aluka yaa qowiyyu yaa ‘aziizu yaa mu’iinu biquwwatika wa ‘izzatika yaa matiinu ang takuuna lanaa ‘aunaw wa mu’iinam fii jamii’il aqwaali wal ahwaali wal af’aali wa jamii’i maa nahnu fiihhi mim fi’lil khoirooti wa ang tadfa’a ‘annaa kulla syarriw wa niqmatiw wa mihnating qodistahqoinaahha min ghoflatinaa wa dzunuubinaa fa-innaka angtal ghofuurur rohiimu wa qod qulta wa qoulukal haqqu wa ya’fuu ‘ang katsiiri alloohhumma mal lathofta bihhii wa wajjahtahhuu ‘ingdaka wa ja’altal luthfal khofiyya taabi’aa lahhuu haytsu tawajjahha nas-aluka ang tawajjihhanaa ‘ingdaka wa ang tukhfiyanaa biluthfika innaka ‘alaa kulli syai-ing qodiiruw washollalloohhu ‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa ‘alaa aalihhii wa shohbihhi wa sallama wal hamdulillaahhi robbil ‘aalamiina.

 

Segala puji bagi Allah seru sekalian alam, dan kesudahan yang nikmat semoga diberikan kepada orang-orang yang takwa. Shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua. Yaa Allah tertibkanlah keadaan kami, baguskanlah tindak langkah kami, dan selamatkanlah kami dari derita faqir dan kehinaan, dan jagalah kami dari segala marabahaya dan wabah penyakit, terutama sakit tha’un, dan juga dari segala kejahatan para musuh dan setan, dan dari segala kejahatan bisikan nafsu yang selalu menyuruh kepada kejahatan. Yaa Allah mudahkanlah bagi kami mengurusi semua persoalan dunia dan agama, serta sampaikanlah kepada cita-cita kami dengan baik. Yaa Allah jauhkanlah kami dari kejahatan dan perlakuan durhaka. Yaa Allah sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada Engkau dari tekanan marabahaya, derita sengsara, kepastian yang buruk serta kegirangan musuh. Yaa Allah Yang Maha Merobah masa dan keadaan, robahlah keadaan kami kepada nasib yang lebih baik. Yaa Allah Yang Maha Berlimpah Karunia-Nya, Yang Menciptakan Segala Yang Ada, tolonglah kami untuk berniat bagus dalam segala ucapan dan tindakan. Yaa Allah selamatkanlah kami dan agama kami, serta janganlah Engkau cabut iman kami sewaktu akan mati. Dan janganlah Engkau kuasakan pimpinan diatas kami orang-orang yang tidak takut kepada Engkau serta tidak ada kasih sayang kepada kami, dan berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat, sesungguhnyalah Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

Wahai Dzat Yang Maha Lembut. Wahai Dzat yang kelembutannya menaungi seluruh penduduk langit dan bumi. Kami memohon kepada-Mu dengan segala rahasia kelembutan-Mu agar dirahasiakan kami di dalam rahasia kelembutan-Mu. Sesungguhnya Engkau telah berfirman dan semua firman-Mu itu adalah benar. Allah itu Maha Lembut kepada hamba-hamba-Nya, memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya. Dia adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu. Wahai Dzat Yang Maha Perkasa, Maha Mulia, Maha Penolong. Dengan keperkasaan-Mu dan kemuliaan-Mu wahai Dzat Yang Maha Kuat semoga Engkau menolong dan melingkupi kami dalam segala perkataan, prilaku, pekerjaan dan segala sesuatu kebaikan yang kami kerjakan, dan semoga Engkau menghindarkan kami dari setiap kejelekan, kecelakaan dan malapetaka karena kelalaian kami dan dosa-dosa kami, sekalipun itu pantas bagi kami, karena Engkau Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dan sesungguhnya Engkau telah berkata, sedangkan kata-kata-Mu itu adalah benar, dan Engkau akan mengampuni dari semuanya. Ya Allah, dengan kebenaran orang yang telah Engkau kasihi dan telah Engkau hadapkan di sisi-Mu dan telah Engkau jadikan rahasia kelembutan-Mu padanya tatkala dia menghadap-Mu, kami semua mohon kepada-Mu agar dihadapkan kami di sisi-Mu dan dirahasiakan kami dengan kelembutan-Mu. Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu Maha Kuasa. Dan semoga Allah memberi rahmat dan keselamatan pada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

 

TENTANG PENULIS

gusblero_bw

Gusblero, bukan keturunan atau sebutan anak kyai dan bahkan bukan nama sebenarnya. Frasa “gus” yang tidak terpisah dengan “blero” sudah menjelaskan kondisi itu.

 

Ia hanya orang biasa yang mencoba menanggung-jawabi keresahan jiwanya dengan cara sorogan (mendatangi orang-orang alim untuk mendapatkan pencerahan). Buku-buku karyanya yang lain: Novel “Daun Gugur di Manggarai”, (Grahamedia, Jakarta, 2006), sastra religi “The Khidr Code” (Taheyya, Yogyakarta, 2007).

50. Coro

gusblero - coro

 

Coro (kecoa) itu termasuk binatang yang senangnya hidup berkelompok. Penampilannya klimis, kalau lagi keluar sarang seperti tidak kenal takut merambahi apa saja, namun sekalinya terjengkang, terlentang, sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Banyak manusia masih menyisakan kesombongan serupa coro, padahal dalam kitab pun telah digambarkan posisi ketakberdayaan manusia di hadapan cahaya, ‘ia seperti anai-anai yang untuk sekali hidup, sudah itu punah beterbangan kemana-mana’.

 

Pedoman hidup dalam kitab kebaikan juga mengajarkan banyak iktibar seperti itu. Tingkah laku semut, laba-laba, dan juga lebah bahkan terpapar begitu rinci menggambarkan karakter mahluk di hadapan semesta raya. Ada orang berperilaku sebagai pekerja keras, disiplin kerjanya sangat keras, seperti semut, yang hobinya menumpuk dan terus menumpuk harta perniagaan melebihi kesanggupannya untuk memelihara perbendaharaan itu secara amanah, dus akhirnya sepanjang hidupnya hanya bekerja dan bekerja namun kehilangan nikmat syukur akan apa yang telah diusahakannya.

 

Ada lagi yang memasang perangkap seperti laba-laba. Kalau semut sanggup melangkah jauh kemana saja untuk mendapatkan mangsanya, maka laba-laba tak ubahnya seorang pertapa yang sabar menunggu mangsa datang. Dua-duanya adalah contoh karakter yang hebat, namun disisi lain memiliki sisi buruk dalam perangainya. Laba-laba tega membunuh pasangan yang telah menyatu dengannya paska pembuahan sel telur telah terjadi, sementara hidup seperti semut hanya membuat kita tak lebih sebagai robot bagi ambisi yang tak ada habisnya.

 

Lalu Islam mencontohkan perilaku lebah, ia yang secara koloni memiliki proteksi maksimal terhadap satu sama lainnya, kehidupannya tak hanya menghisap sari kembang untuk kemudian diolahnya menjadi madu yang mujarab bagi pengobatan, namun juga membantu putik sari berkembang menuju siklus kehidupan yang baru.

 

Maka begitulah puncak spiritualitas adalah hal apapun yang kemudian menumbuhkan hikmah. Ia tidak melulu berisi pergulatan tentang ayat-ayat qauliyah (firman Allah) ansich, namun ia juga mencakup pemahaman tentang ayat-ayat kauniyah (yang tersebar di alam raya), mengambilnya sebagai pelajaran, ibarat lautan tinta ilmu yang di kedalamannya menyimpan beragam mutiara tak ternilai mutu.

 

Seseorang yang dikarunia kepintaran kemudian akan ditanya untuk apa sesungguhnya kepandaiannya tersebut dipergunakan, seseorang yang dianugerahi keluasaan pengaruh akan ditanya untuk apa kekuasaannya tersebut dipergunakan pula. Di titik inilah seseorang bisa mati karena kesewenang-wenangannya dalam mendarmakan ilmu, di titik inilah seseorang akan menjadi tidak berkutik atas kesalahan yang telah dilakukannya sendiri atas kelalaiannya dalam mengemban tanggung jawab.

 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menyampaikan: “Ada dua orang yang membinasakanku: orang bodoh yang ahli ibadah dan orang alim yang mengumbar nafsunya.”

 

Orang yang bodoh adalah yang menganggap dirinya tahu tentang makrifat ilmu yang sebenarnya tidak diketahuinya, dan dia merasa cukup dengan pendapatnya saja. Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh karena dia dahulunya adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim karena dia tidak pernah menjadi orang alim.

 

Orang bodoh adalah kecil meskipun dia orang tua, sedangkan orang alim adalah besar meskipun dia masih remaja. Allah tidak memerintahkan kepada orang bodoh untuk belajar sebelum Dia memerintahkan terlebih dahulu kepada orang alim untuk mengajar. Segala sesuatu menjadi mudah bagi dua macam orang: orang alim yang mengetahui segala akibat dan orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.

 
Bertanyalah engkau untuk dapat memahami, dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim, dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala.

 

Engkau tidaklah aman dari kejahatan orang bodoh yang dekat denganmu dalam kekerabatan dan ketetanggaan. Sebab, yang paling dikhawatirkan terbakar nyala api adalah yang paling dekat dengan api itu.

 

Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. la seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah srigala.

 

Janganlah engkau berselisih dengan orang bodoh, janganlah engkau mengikuti orang pandir, dan janganlah engkau memusuhi penguasa. Yang engkau lihat dari orang yang bodoh hanyalah dua hal: melampaui batas atau boros.

 

Sebodoh-bodoh orang adalah orang yang tersandung batu dua kali. Menetapkan hujjah terhadap orang bodoh adalah mudah, tetapi mengukuhkannya yang sulit. Tidak ada kebaikan dalam hal diam tentang suatu hukum, sebagaimana tidak ada kebaikan dalam hal berkata dengan kebodohan. Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan!

 

Maka begitulah puncak spiritualitas adalah hal apapun yang kemudian menumbuhkan hikmah. Ia tidak melulu berisi pergulatan tentang ayat-ayat qauliyah (firman Allah) ansich, namun ia juga mencakup pemahaman tentang ayat-ayat kauniyah (yang tersebar di alam raya), mengambilnya sebagai pelajaran, ibarat lautan tinta ilmu yang di kedalamannya menyimpan beragam mutiara tak ternilai mutu.

 

Gusblero Free

49. Engkau Tak Sendiri

gusblero - engkau tak sendiri

 

Banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, derita, sakit, kekurangan, adalah keniscayaan dalam hidup di dunia. Jakarta banjir, gunung Sinabung meletus, dan banyak gejolak alam lagi di belahan wilayah negeri kita. Semuanya berlaku sama, untuk diderita kita semua, tidak hanya untuk mereka yang pemenuhan hajat kesehariannya masih kekurangan. Yang menengah, yang kaya, yang sopir mikrolet, yang tukang bubur, yang pegawai negeri, yang politikus, yang pengusaha, semuanya mengalaminya.

 

Banjir yang melanda, diluar siklus alam yang memang sudah jadi galibnya, bisa jadi juga untuk mengingatkan, membenam-benamkan wajah kita ke dalam kubangan air untuk menyadarkan bahwa hidup di dunia ini tidak sendiri. Biar kita tidak lalai, bahwa di pinggiran kemewahan yang setiap harinya kita kebut tanpa menoleh ke kanan kiri itu ada juga tetangga-tetangga kita, lingkungan-lingkungan kita, yang perlu juga kita longok bagaimana kondisinya hari perhari.

 
Begitu juga dalam hal gunung meletus. Tetua kita telah lama menyadarkan, di mana bumi dipijak di situ hendaknya langit dijunjung. Bumi juga tak boleh diinjak semena-mena, karena di atasnya kita bisa menunjukkan diri sebagai mahluk yang hidup, tidak seperti setan yang hidupnya hanya melambung di alam antara, ditolak bumi dan langit enggan menerimanya.

 

Di dunia ini kita manusia tidaklah hidup sendiri. Jin, setan, mambang peri marakayangan, juga memiliki hak kehidupannya di dunia ini. Alam raya, gunung, langit, angin, samudera juga memiliki hak dan ruang kehidupannya sendiri.

 

Bencana tsunami di Aceh diawal abad 21 barangkali bisa menjadi gambaran yang paling menjelaskan, bahwa air juga memiliki kehendaknya sendiri diluar nalar hukum-hukum mekanika fluida. Bagaimana gelombang air pasang dari samudera itu kemudian hanya menjadi pusaran yang berputar-putar di sekitar masjid Agung Banda Aceh, dan bahkan tanpa sedikit pun meruyak dan menyentuh serambi dan halaman masjid, diketika segala bangunan di sekitarnya diluluh lantakkan hantaman tsunami. Bahkan air bisa memilih sasaran di hadapannya.

 

Manusia sebagai mahluk diistimewakan Allah, diberi kesempatan untuk melihat fenomena-fenomena itu, tanda-tanda Keagungan Allah itu. Melihat keajaiban-keajaiban yang terbentang disegenap alam raya, baik dalam diri manusia, apa saja yang dibumi, sampai segala sesuatu yang dialam raya, termasuk disebalik keganjilan fenomena yang ada. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahmaan 32)

 

“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al An’am 63–64)

 

Begitu dimuliakan dan disitimewakannya kita manusia, hingga Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik bahwa siapakah yang dapat menyelamatkan dan melepaskan mereka dari kegelapan daratan bila mereka tersesat? Siapa yang sanggup melepaskan mereka dari kesengsaraan dan penderitaan hidup? Siapa yang sanggup melepaskan mereka dari kegelapan lautan bila mereka berlayar di tengahnya, lalu datanglah angin topan disertai dengan ombak yang besar, sehingga mereka tidak mengetahui arah dan tujuan lagi?. Yang dapat menyelamatkan manusia dari segala kegelapan dan kesengsaraan itu hanyalah Allah, tidak ada yang lain.

 
Bahwa sudah menjadi tabiat manusia, jika mereka dalam keadaan kesulitan dan dalam marabahaya, mereka ingat kepada Allah. Mereka menyerahkan diri, tunduk dan patuh kepada Allah disertai dengan doa dan memohon pertolongan kepada-Nya. Bahkan dalam keadaan demikian mereka berjanji akan tetap berserah diri kepada Allah dan mensyukuri nikmat-Nya jika kesulitan dan marabahaya itu dihindarkan dari mereka. Tetapi baru saja kesulitan dan marabahaya itu terhindar mereka lupa akan janji yang telah mereka ikrarkan itu, bahkan mereka menjadi orang-orang yang dzalim dan mempersekutukan Allah.

 

Istimewanya manusia adalah bahkan diketika waktu ia bisa berbuat dengan keimanan malaikat, namun dikali yang lain bisa berlaku seumpama iblis. Terhadap yang demikian Allah Maha Tak Pernah Lalai dalam menjaga dan memelihara hamba-hamba yang dipilih-Nya.

 

Seperti kisah Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq saat berada di dalam gua Tsur untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy yang telah berencana akan membunuh sang Nabi. Kegentingan memuncak saat kaum kafir Quraisy berhasil menyusul mereka dan sudah tiba di bukit Tsur.

 

Langit di atas bukit Tsur berkilat, dengan kegelapan sama-sama memuncak siap menerkam siapapun yang hendak mengganggu Rasulullah Sang Penakluk Zaman yang saat itu justru tengah pulas tertidur di pangkuan Abu Bakar. Bahkan seandainya sebuah jarum jatuh akan terdengar dentingya dalam situasi yang di atas puncak kecemasan itu.

 

Dan drama makin bertambah menghunus di ujung kepasrahan tatkala tiba-tiba seekor ular berbisa menyengat kaki Abu Bakar Sang Pemercaya. Rasa ngilu dan perih yang tak tertahankan menjalar membuat tubuhnya bergemetar, namun ia tak hendak se-inchi-pun menggeser posisinya. Abu Bakar menguatkan rahangnya untuk menahan sakit agar Rasulullah SAW tidak terganggu istirahatnya.

 

Sementara di luar gua beberapa lelaki Quraisy tampak mulai mengetahui persembunyian mereka dan memeriksa pintu gua. Saat itulah kegelisahan Abu Bakar mencapai titik puncak. Tubuhnya bergetar dilanda ketakutan yang teramat sangat, hingga tak terasa sebutir airmata yang tak mampu lagi ditahannya menetes menimpa pipi Rasulullah SAW dan membuatnya terbangun. Rasulullah mengatakan kepada Abu Bakar “La Tahzan, Innallaha ma’ana….”(Jangan bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita).

 

Hilanglahlah kekhawatiran dan ketakutan Abu Bakar. Ucapan Rasulullah SAW itu seolah menghilangkan rasa sakit yang mengancamnya sendiri menuju kematian karena gigitan ular berbisa. “Ya Rasulullah, andai orang-orang itu melihat ke arah kaki mereka sendiri, pastilah mereka mengetahui keberadaan kita.” Mendengar itu Rasulullah menjawab: “Bagaimana pendapatmu, hai Abu Bakar, jika ada dua orang dan yang ketiganya adalah Allah?”

 
Kemudian turunlah bala tentara bantuan Allah yang tak tampak oleh kaum Quraisy berupa laba-laba yang membangun sarang yang tampak lapuk di bibir gua. Orang-orang kafir Quraisy itu menduga bahwa tidak mungkin kedua orang buruan mereka masuk kedalam gua sementara di mulut gua tersebut terdapat sarang laba-laba dan sarang sepasang burung dara. Akhirnya keduanya lolos dari kejaran kaum Quraisy saat itu.

 

Kisah ini diceritakan jelas dalam Al Qur’an: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Qur’an menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah 40)

 

Maka begitulah setiap orang adalah pribadi yang istimewa. Miskin, kaya, profesi, status yang kemudian melekat dalam diri adalah juga kehendak-Nya. Tuhan Yang Maha Kuasa akan menilai seberapa positif kita bisa mendapatkan nilai plus dalam sekalian peran-peran itu. Dan yang begini tentu tidak ada hubungannya dengan kenapa seseorang bisa begini dan sementara yang lainnya tidak bisa begitu. Ke-Maha Adil-an tidak bisa dimaknai bahwa setiap orang itu harus mendapatkan sembarang-barangnya sama. Contohnya dalam hal rejeki.

 
Seandainya pertengah malam nanti tiba-tiba seluruh jiwa di alam raya ‘makbyuk’ ketiban duit semilyaran aja misalnya. Bisa dibayangkan esok hari seluruh kehidupan manusia di alam raya pasti sudah akan kalang kabut amburadul lumpuh total tidak karuan. Bakul sayur yang sedianya berangkat ke pasar akan mokong jualan, karena untuk apa jualan sayur lagi dengan di tangan sudah ada duit bermilyar-milyar. Begitu juga yang pegawai pombensin. Malas masuk kerja dan berniat mengundurkan diri karena uang yang sepanjang hari dicari-cari toh sudah ada di tangan. Begitu juga dengan yang pegawai negeri, sudah tidaklah penting yang namanya mengabdi. Lalu hidup Anda akan seperti apa?

 
Bangun pagi sekeluarga kita sarapan. Mematut diri, mengambil kunci mobil di laci meja rias, lalu siap-siap pakansi dengan keluarga. Namun apa yang didapat? Setiap orang telah disibukkan dengan keinginan-keinginannya sendiri. Mau membeli sayur kali ini sudah tidak ada yang mau berjualan, mau beli bensin siapa juga yang mau melayani. Pergi ke mall seluruh toko tutup karena tidak ada pegawai yang mau jadi buruh lagi, dan kantor-kantor pemerintahan pun tutup. Sesuatu yang ironis akan terjadi. Ketika semua orang merasa hidup, justru ketika itu seluruh kehidupan terhenti. Subhanallah!

 
Maka begitulah seharusnya kita bisa belajar dari kondisi terkini. Banjir dan bencana alam adalah keniscayaan. Tidak usahlah kita hanya menggerutu, toh semua itu juga bagian dari sebuah kepastian. Yang utama harus disadari adalah bahwa disebalik semua peristiwa-peristiwa itu ‘kowe ora ndeweki’, kita tidak sendiri. Karena barangkali dengan jalan seperti itulah Allah menumbuhkan kasih sayang diantara kita. Bukan hanya politikus, pejabat, petinju, tukang sulap, bahkan seorang petani di pucuk gunung sekali pun, sesungguhnya memiliki eksotika bagi orang-orang di sekelilingnya!

 

Saat itulah kegelisahan Abu Bakar mencapai titik puncak. Tubuhnya bergetar dilanda ketakutan yang teramat sangat, hingga tak terasa sebutir airmata yang tak mampu lagi ditahannya menetes menimpa pipi Rasulullah SAW dan membuatnya terbangun. Rasulullah mengatakan kepada Abu Bakar “La Tahzan, Innallaha ma’ana….”(Jangan bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita).

 

Gusblero Free

Aku Akan Meniduri Embun

gusblero - aku akan meniduri embun

 

Hujan sedari sore rintik merangkai feeling

Nyala pemantik merah bara mata srigala

Rindu melolong malam menggenang kopi

Aku menggigil dalam kubangan cinta

Yang kubangun sendiri

 

Be careful honey, be save and beautiful

Seseorang memahat itu di batu gunung, itu pahatanku

Aku melihat bintang dalam mata yang pejam

Aku melihat kuda putih, dan seseorang menunggu di beranda

Dalam ruangku sendiri

 

Perjalanan fajar sunggguh menyedihkanku

Aku sungguh enggan menunggu, aku tak mau bermimpi

Aku akan meniduri embun

Sebagai pohon yang sedih dan kesepian

Aku sendiri

 

Gusblero Free