Neraka. Kata yang sering dilekatkan dengan perangkap setan ini begitu menakutkannya, hingga banyak orang merasa enggan bahkan untuk menelaahnya. Orang berfikir tentang pencapaian sorga, namun luput membahas bahwa setiap mahluk juga akan melewati neraka terlebih dahulu.
Kitab memberitahukan adanya neraka dunia dan neraka akhirat. Neraka dunia adalah keterkutukan diri karena hukuman sosial berkaitan dengan kemungkinan kedzaliman yang kita lakukan, pendurhakaan terhadap orang tua, persekutuan dengan kejahatan, dan penghilangan sifat kemanusiaan itu sendiri. Sementara neraka akhirat adalah wahana pencucian dari dosa yang mutlak Haq bagi Allah sebagai pengadilan terakhir terhadap apa yang telah dilakukan mahluk-Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Kamu boleh menyebut tentang neraka sesukamu, maka tiada kamu menyebut sesuatu melainkan api neraka itu jauh lebih ngeri dan lebih keras daripadanya.”
Begitu kerasnya gambaran siksa di neraka akhirat, hingga ketika itu terjadi tak satu pun akan mampu berfikir lain kecuali menolong dirinya sendiri. Akan tetapi pertolongan seperti apakah yang bisa diharapkan dalam tungku yang begitu berkobar-kobar? Disaat itu setiap mahluk tak lagi berdaya untuk mengkalkulasi bahkan perbuatan amalnya sendiri. Semuanya tergantung pada Kehendak Allah, semuanya bergantung pada ke-Maha Pengampun-an Allah, semuanya hanya bisa terus menjalani penghisaban sampai datang pertolongan Allah.
Lalu perbuatan seperti apakah yang kiranya bisa ‘mengambil hati’ Allah agar kelak di neraka dalam perjalanan menuju sorga nanti dapat disegerakan melewatinya? Kuncinya, barangkali, kesaksian diri pada sekalian perbuatan di dunia yang tak dikufuri dengan lain sebab alasan, kecuali segala apa yang dilakukannya itu semata-mata karena Allah.
Rabbi inni ‘audzubika ‘an as-alaka ma laisa li bihii ‘ilmun. Dengan memohon perlindungan kepada Allah dari segala sesuatu hal yang saya tidak memahami hakikatnya, ijinkan saya sedikit mengilustrasikan.
Bi idznillah….
Katakan bahwa ujung awal neraka itu ada di perbatasan Papua (note – hanya untuk mengilustrasikan), untuk kemudian kita bisa melewatinya hingga sampai di gerbang sorga di Jakarta. Dalam tahapan ini manusia harus bersusah payah melintasi jalan terjal, laut, hujan, badai, panas terik, dan hadangan pencoleng dan sekalian marabahaya lainnya. Maka jika kita tak memiliki bekal apapun dalam perjalanan yang demikian, tentu semua halangan itu tak mustahil atau sudah pasti harus kita alami. Derita lapar, haus, kepanasan, terancam dari marabahaya, semuanya harus dijalani. Ibarat orang berjalan kaki (apalagi yang merangkak), waktunya pasti akan lebih lama, dan semua cobaan itu pasti. Perjalanan hidup adalah perjalanan neraka, begitulah orang kadang mengeluarkan serapah.
Berbeda dengan yang naik sepeda angin, waktunya pasti akan lebih cepat, walau pun kemungkinan diperjalanan masih juga terjadi. Berbeda lagi dengan yang naik sepeda motor, berbeda lagi dengan yang naik mobil. Pastinya walau pun segala kemungkinan masih bisa terjadi, namun sudah pasti waktunya akan lebih cepat dilampaui.
Berbeda lagi dengan yang naik pesawat. Yang demikian tentu saja akan lebih nyaman dalam melintasi perjalanan. Akan halnya ini tentu saja tidak mudah. Sebelumnya kita harus banyak menabung, terus bersabar, dan tidak menyia-nyiakan apapun yang telah dititipkan Allah kepada kita. Apalagi jika Allah berkehendak, mengetahui bahwa kita sangat menjaga amanah-Nya hingga tak ingin setiap mahluk pun bisa menodai amanah itu, tentu Allah akan berkenan untuk menarik kita secepat kilat, lebih cepat dari pesawat, lebih cepat dari gelombang sms, menuju tempat yang diberkahi-Nya, Jannah.
Bahwa setiap mahluk akan melewati neraka, iya. Sama seperti dari ujung perbatasan Papua ke Jakarta, itu ada jarak yang harus ditempuhnya. Semuanya melewati perjalanan itu. Yang merangkak, yang berjalan, yang berlari, yang naik motor, yang naik mobil, yang naik pesawat, semuanya akan berupaya menyelesaikan perjalanan itu secepat-cepatnya. Dan semuanya juga akan menghadapi hambatan yang sama, ujian yang sama, kesulitan-kesulitan yang sama.
Namun kesulitan-kesulitan itu, adakah juga berlaku sama bagi setiap orang? Jawabannya tentu tidak. Apapun birokrasi perjalanan yang berlaku, apakah kemudian masih akan tetap berlaku ketika seseorang telah diberikan rekomendasi ‘kasih jalan selamat’ dari ‘penguasa wilayah’?
Kita sering mendengar orang berkata, hidup di Jakarta itu susahnya minta ampun. Setiap hari berjejal orang saling mencari pekerjaan, saling mencuri kesempatan, tindas-menindas di belantara ibukota yang panasnya sangat tidak bersahabat sungguh tak ubahnya hidup di neraka. Hidup di dunia seperti ini sungguh-sungguh seperti hidup di neraka bagi siapa pun yang tak memiliki bekal hidup. Nah!
Namun Jakarta yang seperti neraka itu, apakah juga berlaku sama bagi setiap orang? Jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja tidak. Apakah panasnya Jakarta masih berlaku bagi seseorang yang, diberi kekhususan oleh Gubernur atau Presiden misalnya? Hidup di ruang dengan air conditioning, kemana jalan diantar pengawal dan mobil pribadi, tentu ‘neraka Jakarta’ ini tak akan sanggup menjamah keberadaannya.
Dan neraka, yang diciptakan dari unsur api jahanam. Dan neraka, yang dimaksudkan sebagai jurang menganga dengan sepenuhnya siksaan, apakah mungkin akan mampu menyentuh bagi mahluk-mahluk yang diberkahi dengan perlindungan-Nya?
Api tetaplah api yang berkobar-kobar tak ada habisnya. Namun seperti kisah Kanjeng Nabi Ibrahim AS yang dibakar di tungku yang menyala, api itu menjadi bunga nyala yang haram menyentuh bahkan ujung kulitnya. Neraka tetaplah neraka sebagaimana gambaran tempat siksa yang tidak ada bandingannya. Namun seperti kisah Kanjeng Nabi Idris AS yang melewatinya, neraka adalah sebuah alam yang tetap tunduk pada Yang Maha Penciptanya.
Kuncinya adalah ampunan Allah, dan teruslah memohon ampun dan berharap kepada ampunan Allah. Kuncinya adalah keridhoan Allah, maka teruslah memohon ridho dan berharap keridhoan Allah. Semua kesaktian akan menjadi pudar di hadapan ke-Maha Kuasa-an-Nya. Seluruh amalan akan menjadi berantakan di ujung ke-Maha Mutlak-an-Nya.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra: “Nabi Muhammad SAW bersabda: Allah memanggil Malaikat Jibril dan menyuruhnya melihat sorga dengan segala persiapannya untuk ahlinya, maka ketika kembali berkata Jibril: Demi kemuliaan-Mu, tiada seorang yang mendengarnya melainkan ia akan masuk kedalamnya, dengan diliputi berbagai kesukaran. Dan Allah menyuruh Jibril kembali melihatnya, kemudian Jibril berkata: Demi kemuliaan-Mu saya kuatir kalau-kalau tiada seorangpun yang masuk kedalamnya. Kemudian Jibril disuruh melihat neraka dan semua yang disediakan untuk ahlinya, maka kembali Jibril dan berkata: Demi kemuliaan-Mu tidak akan masuk kedalamnya orang yang telah mendengarnya, kecuali ia yang senantiasa memuaskan syahwatnya. Jibril lalu diperintah supaya kembali melihatnya, kemudian setelah dilihatnya kembali, berkatalah Jibril: Saya kuatir kalau tiada seorangpun melainkan akan masuk kedalamnya.”
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Maimun bin Nahran: “Ketika turun ayat Wa inna jahannam lamau’iduhum ajma’in (sesungguhnya neraka jahanam itu sebagai ancaman bagi mereka semua), Salman meletakkan tangan di atas kepalanya (merasa takutnya) lalu berlari keluar dan sesudah tiga hari baru ditemukan keberadaannya.
Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra berkata: “Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW pada saat yang tidak biasa, dengan keadaan yang berubah mukanya. Maka ditanya oleh Nabi Muhammad SAW: Mengapa aku melihat kau berubah muka?”
Jawab Jibril: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu pada saat dimana Allah menyuruh supaya dikobarkan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka jahanam itu benar, siksa kubur itu benar, siksa Allah itu sungguhlah besar yang tiada mungkin seseorang akan bisa merasa aman daripadanya.”
Lalu Kanjeng Nabi Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ya Jibril, jelaskan kepadaku sifat jahanam.”
Jawab Malaikat Jibril: “Tatkala Allah menjadikan jahanam, maka dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun hingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya karena panasnya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung diantara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan baranya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut Allah dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yang ketujuh. Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, andaikan seorang di ujung barat harus disiksa niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya. Jahanam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan api. Api neraka itu ada mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagian yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.”
Kanjeng Nabi Muhammad SAW bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah-rumah kami?”
Jawab Malaikat Jibril: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh kali lipat. Maka digiring ke sana musuh-musuh Allah SWT, dan bila telah sampai ke pintunya disambut oleh malaikat-malaikat Zabaniyah dengan rantai dan belenggu. Lalu rantai itu dimasukkan ke dalam mulut mereka hingga tembus ke pantat, dan diikat tangan kirinya ke lehernya, sedang tangan kanannya dimasukkan dalam dada dan tembus ke bahunya, dan tiap-tiap manusia itu digandeng dengan setannya lalu diseret tersungkur mukanya sambil dipukul oleh para malaikat dengan palu besi, hingga tak bisa keluar dari dalamnya.”
Kanjeng Nabi Muhammad SAW bertanya lagi: “Siapakah penduduk masing-masing pintu itu?”
Jawab Malaikat Jibril: “Pintu yang terbawah disebut Alhawiyah. “Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah, yaitu api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah 8-11).
Pintu kedua bernama Jahim. Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat.” (QS. Asy-Syura’ 91).
Pintu ketiga bernama Saqar. “Tahukah kamu apakah neraka Saqar itu? Saqar itu adalah pembakar kulit manusia.” (QS. Al-Muddatsir 26-29).
Pintu keempat bernama Ladha. “Sesungguhnya neraka (Ladza) itu adalah api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala” (QS. Al-Ma’arij 15-16).
Pintu kelima bernama Huthomah. “Dan tahukah kamu apa Hutamah itu? Ialah api yang disediakan Allah yang dinyalakan dan naik sampai ke hati.” (QS. Al-Humazah 4-7).
Pintu keenam bernama Sa’ir. “Dan segolongan masuk ke neraka Sa’ir.” (QS. Asy-Syura’ 7).
Kemudian Malaikat Jibril diam segan pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, hingga Kanjeng Nabi Muhammad SAW bertanya: “Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ketujuh?”
Jawab Malaikat Jibril: “Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari umatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.” “Sesungguhnya neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai.” (QS. An-Naba 21).
Maka Kanjeng Nabi Muhammad SAW jatuh pingsan ketika mendengar keterangan Malaikat Jibril itu, sehingga Malaikat Jibril meletakkan kepala Kanjeng Nabi Muhammad SAW di pangkuannya hingga sadar kembali. Dan tatkala sudah sadar Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari umatku yang akan masuk neraka?”
Jawab Malaikat Jibril: “Ya, yaitu orang yang berdosa besar dari umatmu.”
Kanjeng Nabi Muhammad SAW menangis, Malaikat Jibril juga menangis. Setelah itu Kanjeng Nabi Muhammad SAW masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian masuk kembali dan tidak berbicara dengan orang, dan bila sembahyang selalu menangis. Dihari ketiga datang Abu Bakar ra ke rumah Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengucapkan: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, bisakah saya menjumpai Nabi Muhammad SAW?” Maka tidak ada yang menjawabnya, hingga ia menepi untuk menangis.
Kemudian Umar datang dan berkata: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah saya diperkenankan bertemu dengan Rasulullah SAW?” Dan ketika tidak mendapat jawaban, dia pun menepi dan menangis.
Kemudian datang Salman Alfarisi dan berdiri di muka pintu sambil mengucapkan: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah saya diperbolehkan menghadap Junjunganku Rasulullah SAW?” Dan ketika dia pun tidak mendapat jawaban, dia menangis terhuyung-huyung jatuh bangun hingga sampai di depan rumah Fatimah ra, yang kebetulan saat itu Ali ra sedang tidak berada di rumah.
Di muka pintunya ia mengucapkan: “Assalamu’alaikum hai puteri Rasulullah SAW.” Lalu belum lagi dijawab, Salman Alfarisi telah meneruskan perkataannya seraya mengguguk: “Hai puteri Rasulullah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah beberapa hari tidak keluar kecuali untuk sembahyang dan tidak berkata apa-apa kepada orang dan juga tidak mengizinkan orang-orang bertemu dengannya.”
Maka segeralah Fatimah memakai baju yang panjang dan pergi menuju rumah Rasulullah SAW: “Saya Fatimah, ya Rasulullah.” Saat itu dilihatnya Rasulullah SAW tengah bersujud sambil menangis. Dan ketika dilihatnya wajah Rasulullah SAW yang begitu pucat dan sembab karena banyak menangis, sontak Fatimah ra pun ikut menangis: “Ya Rasulullah, apakah yang menimpamu?”
Kuncinya adalah ampunan Allah, dan teruslah memohon ampun dan berharap kepada ampunan Allah. Kuncinya adalah keridhoan Allah, maka teruslah memohon ridho dan berharap keridhoan Allah. Semua kesaktian akan menjadi pudar di hadapan ke-Maha Kuasa-an-Nya. Seluruh amalan akan menjadi berantakan di ujung ke-Maha Mutlak-an-Nya.
Rasulullah SAW: “Jibril datang kepadaku dan menerangkan sifat-sifat neraka jahanam dan menerangkankan bahwa bagian yang paling atas dari semua tingkat neraka jahanam itu adalah untuk umatku yang berbuat dosa-dosa besar, maka itulah yang menyebabkan aku menangis dan berduka cita.”
Fatimah bertanya lagi: “Ya Rasulullah, bagaimana caranya masuk?”
Jawab Rasulullah SAW: “Digiring oleh Malaikat ke neraka, tanpa dihitamkan wajah juga tidak biru mata mereka dan tidak ditutup mulut mereka dan tidak digandengkan dengan setan, bahkan tidak dibelenggu atau dirantai.”
Lalu Fatimah ra bertanya lagi: “Lalu bagaimana cara Malaikat menuntun mereka?”
Jawab Rasulullah SAW: “Adapun kaum lelaki ditarik janggutnya sedangkan yang perempuan ditarik rambutnya, maka beberapa banyak dari orang-orang tua dari umatku yang mengeluh ketika diseret ke neraka: alangkah tua dan lemahku. Demikian juga yang muda mengeluh: wahai kemudaanku dan bagus rupaku. Sementara wanita mengeluh: wahai alangkah maluku sehingga dibawa Malaikat Malik.
Hingga Malaikat Malik bertanya: “Siapakah mereka itu, maka tidak pernah saya dapatkan orang yang akan tersiksa seperti orang-orang ini. Wajah mereka tidak hitam, matanya tidak biru, mulut mereka juga tidak tertutup dan tidak juga diikat bersama setannya, dan tidak dibelenggu atau dirantai leher mereka? Jawab Malaikat: Demikianlah kami diperintahkan membawa orang-orang ini kepadamu sedemikian rupa. Lalu ditanya oleh Malaikat Malik: Siapakah wahai orang-orang yang celaka ini?”
Dalam lain riwayat dikatakan ketika mereka diiring oleh Malaikat Malik selalu memanggil Ya Muhammad. Namun setelah dilihatnya wajah Malaikat Malik lupa akan nama Rasulullah SAW saking gemetarnya, hingga kemudian ditanya: “Siapakah kamu?” Jawab mereka: “Kami umat yang dituruni Al-Quran dan kami telah puasa bulan Ramadhan.”
Lalu Malaikat Malik berkata: “Al-Quran tidak diturunkan kecuali kepada umat Rasulullah SAW.” Maka ketika itu mereka menjerit: “Kami umat Nabi Muhammad SAW.”
Maka Malaikat Malik bertanya: “Tidakkah telah ada larangan dalam Al-Quran dari maksiat terhadap Allah subhanahu ta’ala.” Dan ketika berada di tepi neraka jahanam dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata: “Ya Malik, izinkan saya menangis.” Lalu mereka menangis sampai habis airmata, kemudian menangis lagi dengan darah, sehingga Malaikat Malik berkata: “Alangkah baiknya menangis ini andaikata terjadi di dunia karena takut kepada Allah SWT, niscaya kamu tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari ini.
Lalu Malaikat Malik berkata kepada Malaikat Zabaniyah: “Lemparkan mereka ke dalam neraka.” dan bila telah dilempar mereka serentak menjerit La illaha illallah, maka surutlah api neraka. Malaikat Malik berkata: “Hai api, sambarlah mereka.” Jawab api: “Bagaimana aku menyambar mereka, padahal mereka menyebut La illaha illallah.” Malaikat Malik berkata: “Demikianlah perintah Tuhan Rabbul arsy.”
Maka ditangkaplah mereka oleh api, ada yang hanya sampai tapak kaki, ada yang sampai ke lutut, ada yang sampai ke wajah. Malaikat Malik berkata: “Jangan membakar wajah mereka karena mereka telah lama sujud kepada Allah SWT, juga jangan membakar hati mereka karena mereka telah haus pada bulan Ramadhan.”
Maka mereka tinggal di dalam neraka beberapa lama sambil menyebut: “Ya Arhamar Rahimin, Ya Hannan, Ya Mannan.” Kemudian bila telah selesai hukuman mereka, maka Allah SWT memanggil Jibril dan bertanya: “Ya Jibril, bagaimanakah keadaan orang-orang yang maksiat dari umat Nabi Muhammad SAW?” Jawab Jibril: “Ya Tuhanku, Engkau lebih mengetahui.”
Lalu diperintahkan: “Pergilah enkau lihat keadaan mereka.” Maka pergilah Jibril AS kepada Malaikat Malik yang sedang duduk di atas mimbar di tengah-tengah jahanam. Ketika Malaikat Malik melihat Jibril segera ia bangun hormat dan berkata: “Ya Jibril, mengapakah kau datang kesini?”
Jawab Jibril: “Bagaimanakah keadaan rombongan yang maksiat dari umat Rasulullah SAW?”
Jawab Malaikat Malik: “Sungguh ngeri keadaan mereka dan sempit tempat mereka, mereka telah terbakar badan dan daging mereka kecuali muka dan hati mereka masih berkilauan iman.”
Jibril berkata: “Bukalah tutup mereka supaya saya dapat melhat mereka.” Maka Malaikat Malik menyuruh Malaikat Zabaniyah membuka tutup mereka dan ketika mereka melihat Jibril mereka mengerti bahwa ini bukan Malaikat yang menyiksa manusia, lalu mereka bertanya: “Siapakah hamba yang sangat bagus rupanya itu?” Jawab Malaikat Malik: “Itu Jibril yang biasa membawa wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.”
Ketika mereka mendengar nama Nabi Muhammad SAW, maka serentaklah mereka menjerit: “Ya Jibril, sampaikan salam kami kepada Nabi Muhammad SAW dan beritakan bahwa maksiat kamilah yang memisahkan kami dengannya serta sampaikan keadaan kami kepadanya.”
Maka kembalilah Jibril menghadap kepada Allah SWT lalu ditanya: “Bagaimana kamu melihat umat Muhammad?” Jawab Jibril: “Ya Tuhanku, alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.”
Lalu Allah SWT bertanya lagi: “Apakah mereka menyampaikan sesuatu?”
Jawab Jibril: “Ya, mereka minta disampaikan salam mereka kepada Nabi Muhammad SAW dan diberitakan kepadanya keadaan mereka.”
Maka Allah SWT menyuruh Jibril menyampaikan semua pesan itu kepada Nabi Muhammad SAW yang tinggal dalam kemah dari permata yang putih, mempunyai empat ribu buah pintu dan tiap-tiap pintu terdapat dua daun pintu dari emas. Berkata Jibril: Ya Muhammad, saya datang kepadamu dari rombongan orang-orang yang durhaka dari umatmu yang masih tersiksa dalam neraka, mereka menyampaikan salam kepadamu dan mengeluh bahwa keadaan mereka sangat jelek dan sangat sempit tempat mereka.”
Maka pergilah Nabi Muhammad SAW ke bawah arsy dan bersujud dan memuji Allah SWT dengan ucapan yang tidak pernah diucapkan oleh seorang mahluk pun, hingga Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW: “Angkatlah kepalamu dan mintalah niscaya akan diberikan, dan ajukan syafa’atmu pasti akan diterima.”
Maka Nabi Muhammad SAW berkata: “Ya Tuhanku, orang-orang yang durhaka dari umatku telah menjalani hukum-Mu dan balasan-Mu, maka terimalah syafa’atku.”
Allah SWT berfirman: “Aku terima syafa’atmu terhadap mereka, maka pergilah ke neraka dan keluarkan daripadanya orang yang pernah mengucap Laa ilaha illallah.”
Maka pergilah Kanjeng Nabi Muhammad SAW ke neraka. Dan ketika dilihat oleh Malaikat Malik, maka segera ia bangkit hormat. “Hai Malik, bagaimanakah keadaan umatku yang durhaka?” Jawab Malaikat Malik: “Alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.”
Lalu malaikat diperintahkan membuka pintu dan mengangkat tutupnya. Dan ketika orang-orang di dalam neraka itu melihat Kanjeng Nabi Muhammad SAW, mereka menjerit serentak: “Ya Nabi Muhammad SAW, api neraka telah membakar kulit kami.”
Selanjutnya dikeluarkanlah semuanya yang sudah serupa arang, lalu dibawa ke sungai di depan pintu syurga yang bernama Nahrulhayawan. Di sana mereka mandi kemudian keluar sebagai orang muda yang gagah, elok, cerah matanya, sedangkan wajah mereka bagaikan bulan, dan tertulis di dahi mereka Aljahanamiyun atau orang-orang jahannam yang telah dibebaskan oleh Allah SWT. Dari seberang neraka kemudian mereka dimasukkan ke dalam pintu sorga, hingga mereka-mereka yang masih tinggal di neraka dapat melihatnya dan berkata: “Aduh, sekiranya kami dahulu Islam, tentu kami dapat keluar dari neraka.” (Kitab Tanbihul Ghafilin)
Penduduk neraka tetap diberi makanan walaupun makanan ini tidak menyuburkan badan mereka. Firman Allah SWT: ”Mereka tidak memperolehi makanan selain daripada pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al-Ghasiyah 6-7)
Minuman ahli neraka terdiri dari:
- Hamim (air yang mendidih). “Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya.” (QS. Ar-Rahman 43-44).
- Ghassaq (nanah dan darah). “Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada makanan sedikit pun kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-Haqqah 35-37).
- Sadid (air danur (nanah) yang keluar dari tubuh ahli neraka). “Dihadapan mereka ada neraka Jahanam, dan ia diberi minum dari air danur (nanah) yang keluar dari tubuh ahli neraka.” (QS. Ibrahim 16).
- Air seperti tembaga cair. “Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti tembaga yang mendidih yang menghanguskan muka mereka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat peristirahatan yang paling hina.” (QS. Al-Kahfi 29).
Pakaian ahli neraka:
- Pakaian dari api. “Inilah dua golongan (mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Haj 19).
- Pakaian dari minyak tar. “Pakaian mereka adalah dari minyak tar dan muka mereka diliputi oleh jilatan api neraka.” (QS. Ibrahim 50).
Bahan bakar neraka adalah terdiri daripada manusia dan jin yang kafir dan ingkar kepada Allah SWT, serta batu-batu termasuk patung berhala. Firman Allah: “Hai orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat yang kasar, dan keras, serta tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya, dan mengerjakan apa yang diperintahkanNya.” (QS. At-Tahrim 6).
Imran bin Husin meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku melihat ke dalam sorga dan mendapati sebagian besar penduduknya adalah orang miskin, dan aku melihat ke dalam neraka, aku mendapati sebagian besar penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari).
Maka begitulah sebagai sebentuk salam kepada ahlus salamah (ahli keselamatan) tulisan ini ditujukan untuk saling mengingatkan. Dan bagi mereka yang belum mengerti, ambillah iktibar ini, takutlah kepada Allah SWT, dan berharaplah kepada Rahmah Kasih Sayang-Nya. Jika engkau melihat api, namun lebih takut pada kemurkaan Allah, jika engkau menderita siksa di dunia, namun lebih percaya keadilan Allah, maka engkau telah menempuh jalan setapak menuju pengampunan Allah, Yang Maha Melindungi dan Maha Kuasa berbuat sesuatu atas hamba-Nya. Dan jika itu terjadi, maka tak ada yang mustahil bagi Allah. Engkau akan melewati neraka secepat arus listrik meniti helaian kawat di tengah bara, engkau akan melintasi massa yang penuh api membara sekilat pesan ini bisa diterima. Secepat cahaya!
Gusblero Free