Keluhan Warga

Jelang puasa dan pendaftaran sekolah ekonomi runyam, pemerintah mengarahkan pada isu politik agar informasi soal ekonomi mampu dimanipulasi, bisa jadi.

Ruwah/ Sya’ban ini paling jarang orang mantu dalam 4 tahun terakhir, pedagang bunga rias paling merasakan itu. Ini rentetan kepedihan masyarakat umum Wonosobo, setelah harga sayur termurah dalam 7 tahun terakhir, ekspor tidak jelas, proteksi terhadap produk baru import tidak terjaga.

Tanya kenapa?

Utang Bengkak Akibat Risiko Kurs, Menkeu Pastikan Fiskal Aman

Antara, CNN Indonesia

Senin, 30/05/2016 02:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro menilai ada dua permasalahan yang menyebabkan rupiah kembali melemah terhadap dollar AS. Pertama, meningkatnya aksi spekulasi menjelang rencana Bank Sentral AS atau The Federal Reserve menaikkan tingkat bunga acuannya pada Juni atau Juli mendatang.

“Ada kemungkinan (bunga The Fed) naiknya dua kali dalam setahun. Jadi itu masih kemungkinan. Itu lah yang dijadikan bahan spekulasi dan itu berlaku untuk semua mata uang emerging market,” kata Menkeu di sela Kampanye Layanan Pajak e-Filing dan e-Billing, Minggu (29/5).

Penyebab kedua, lanjut Bambang, terjadi peningkatan permintaan dollar AS di dalam negeri guna memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan asing untuk membayar dividen ke pemegang saham.

Disinggung mengenai imbas ke keuangan negara, Menkeu mengaku sudah mengantisipasi dampak depresiasi kurs terhadap peningkatan utang pemerintah. Dia memastikan defisit APBN akan dijaga pada level yang aman dan tidak melampaui batas maksimal yang dipersyaratkan (3 persen PDB).

“Utang kita kendalikan masih 2,7 persen dari GDP itu kecil sekali untuk keluaran banyak negara di dunia yang setara Indonesia. Masih sangat terkendali,” ucap Menkeu.

Pada perdagangan pekan lalu, rupiah bergerak volatile dengan kecenderungan melemah terhadap dolar AS. Pada awal pekan, Senin (22/4) dolar AS dibuka pada harga Rp13.571 dan sempat melonjak hingga hampir menyentuh kisaran Rp17.000, sebelum akhirnya ditutup pada level Rp13.581 pada Jumat (27/5).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menilai wajar jika rupiah melemah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipicu oleh aksi spekulasi di pasar uang  setelah menangkap sinyal kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada Juni mendatang.

“Portfolio investment yang masuk ke Indonesia mungkin juga ada dana dana yang sebetulnya tidak terlalu berencana untuk jangka panjang sehingga begitu ada perubahan mereka (investor) langsung melakukan koreksi,” jelasnya, Kamis (26/5).

Selain itu, Agus menilai pasar keuangan global juga bergejolak akibat timbulnya risiko dari kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Kendati demikian, Mantan Menteri Keuangan itu menilai pelemahan rupiah akan bersifat sementara dan tidak akan sedalam tahun lalu. Berdasarkan data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia,  kurs tengah rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu melemah 10,59 persen. (ags)tanya_kenapa__by_raichi_go-d4copbt

Selamat Ulang Tahun, Cak Nun

BEGITU JAUH kita tak pernah mengira bahwa perjalanan yang kita tempuh akan sebegitu jauh, walau berapa luas jarak sesungguhnya tak bisa kita raba. Di titik ini kita menemukan kimia kebahagiaan, di tempat manapun kita terhenti tidaklah boleh hidup kehilangan arti.

cak nun muda2

Bermula dari keindahan kata, kita tidaklah ingin apa yang disebut estetika tak memberikan makna apa-apa. Agama bukanlah sekadar fashion show. Ia bukan sekadar kain yang mengkafani tubuh lalu merubah kita menjadi seorang santa, kyai, pendeta, pastur, atau lainnya. Derajat keutamaannya tak hanya membungkus kulit, ia menembus kedalaman jiwa. Menjadi sel yang mengalir dalam darah, menjadi sumber dari sikap dan cara hidup manusia itu sendiri.

 

Selamat ulang tahun ke-63 Mas….semoga keberkahan senantiasa mengalir….berkah bertambahnya usia, berkah rizki, berkah kesehatan, berkah ilmu, berkah pergaulan, berkah keluarga, berkah dan segala berkah yang membawa kita kepada kesuksesan kebahagiaan dan keselamatan fiddunya wal akhirah…..untuk panjenengan dan segenap keluarga panjenengan sami….dan keberkahan untuk kita semua

 

Jabat erat dan salam!

 

GBF, 27 Mei 2016

Baca Puisi Erna Neong

Wonosobo Menuju Kota Ramah Sastra

erna neong baca puisi

WONOSOBO – Geliat dunia sastra di kabupaten Wonosobo ke depan nampaknya akan menuju situasi yang menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme pengunjung yang menghadiri acara Rendezvous with Erna Neong di pendopo Wakil Bupati Wonosobo, Rabu (25/5) malam.

 

Acara yang dihelat untuk menyambut kepulangan Erna Neong, salah seorang penyair muda Wonosobo yang saat ini menetap di Bali itu diwarnai dengan pembacaan puisi dari berbagai kalangan pegiat sastra lokal, mahasiswa, dan juga beberapa mahasiswa dari Rote Nusa Tenggara yang kebetulan tengah melakukan PPL di wilayah Wonosobo.

 

Bahkan Wakil Bupati Wonosobo Agus Soebagyo yang hadir dipenghujung acara ikut membacakan puisi-puisi karya Erna Neong yang terangkum dalam serpihan puisi “Perempuan di Seberang Pulau”..

 

“Ini adalah malam yang sangat menggembirakan. Acara semacam ini kalau bisa diadakan tiap bulan akan bagus agar dari sisi pembinaan responnya langsung bisa dilihat. Hingga kalau kemarin Wonosobo sudah dikenal dengan kota ramah HAM, maka besok-besok kita wujudkan pula Wonosobo sebagai kota ramah sastra,” ucap Agus Soebagyo memberikan apresiasinya.

 

Seperti Oase

Mendukung dengan Agus Soebagyo, Gusblero, budayawan Wonosobo yang juga ketua komite seni dan pertunjukan Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Wonosobo menyatakan, kehadiran Erna Neong seperti sebuah oase yang tiba-tiba muncul dan lalu menghapuskan kegaringan kegiatan berkesenian.

 

Utamanya pertunjukan sastra yang selama ini sudah jarang sekali terselenggara. Mudah-mudahan tampilnya Erna Neong di kancah sastra bisa menginspirasi kalangan muda sastra Wonosobo untuk lebih bergiat lagi.

 

Hadir dan ikut meramaikan dalam kegiatan itu M. Ruh penyair muda yang juga keponakan Presiden Penyair Malioboro Umbu Landu Paranggi, Bethoven Bayu Belantara, Engkoh Liend, Jusuf AN, Ani Istikharoh Anhar, Agus Wepe, Ale Ibnu Chamid, Djebeng Setyono, Heri Purwanto dan beberapa penyair yang tergabung dalam Teater Banyu UNSIQ. Acara dipandu oleh Haqqi El Anshary. (H67-28)

NOTE: Reportase ini dimuat di harian Suara Merdeka (27/5/2016)

tautan terkait : https://youtu.be/PlO-arZG_yA

IMG-20160525

 

 

 

 

 

 

Belalang, Kayu dan Rerumputan

SYAIR-SYAIR SERAYU  I  Gusblero Free

BELALANG, KAYU & RERUMPUTAN

  1. Lagu Annie
  2. Calon Menantu
  3. Mari Diskusi
  4. Belalang
  5. Rerumputan
  6. Pagar Setaman
  7. Orang-Orang Serayu
  8. Kebon Kacang 22
  9. Pergilah, Ninoy
  10. Villa Bunga Melati
  11. Sajak Kepayahan
  12. Untuk Anuku
  13. Taman Kota
  14. Senja Sudah Turun
  15. Mata Jalak
  16. Perempuan Dari Giyanti
  17. Gang Delima 18
  18. Apel di Atas Kali
  19. Di Atas Serayu
  20. Palestine’s Song
  21. Lagu Pengungsi
  22. Hujan Pertama
  23. Menunggu Tuhan

 

 

Gusblero Free :

LAGU ANNIE

 

Musik itu, Ann

Masih mengalun dalam ruang kepalaku

Empat gadis bermain band

Dan kisah kita menjadi ide cerita

  • somebody for someone

 

Angin Nopember bergeser perlahan

Menutupi rasa dahaga di bulan puasa

Aku menggerutu dalam kangen yang fana

Bersiul-siul sepanjang malam sampai dibedug tiba

 

Hmm lagu itu, Ann

Betapa nyinyir menyinggung cinta yang berdarah-darah

Cinta yang mengalir dalam prana

Menuju sangkan paraning manusiaku manusiamu

  • roroning atunggal

 

Ya ya, kesabaran adalah siklus alam

Yang akan membentuk cinta serupa pualam

Kesaksian ini, Ann, menjadi daya seorang manusia

Bagi cinta yang tak pernah bangun dari kebodohannya

 

Nop’ 2003

 

 

Gusblero Free :

CALON MENANTU

 

Di teras ini aku terbiasa melihat lukisan matahari

Bila senja hinggap di cakrawala, burung-burung

akan membawa nyanyian cintaku kepadanya

 

Wajah kekasihku terpantul di kolam

membawa rinduku menyelam

Wajah kekasihku tergambar di kaca jendela

menabrak rinduku yang memberontak

Wajah kekasihku terbayang di pintu

di dapur, ruang tamu dan di mana-mana

Aku terkesima, berhentilah kamu menggoda

 

Langit melihat cakrawala

Cakrawala terhampar seperti jiwaku yang terbuka

Aku tertawa, Ibu mertua kedengaran bercerita di dapur

si anak sudah sungguh dewasa

Ah ibu, jangan cemaskan datangnya hari

aku akan segera meminang putrimu

 

oh_my_goddess___nyi_roro_kidul_by_thehelloblack-d3a167s

 

 

Gusblero Free :

MARI DISKUSI

 

Ruang hampa puisi gersang

Membelukar ditumbuhi anggrek

 

di padang-padang tandus

angin terasa tandas menguliti mantra

dalam diskusi menjadi fatamorgana

 

akhirnya menjadi jelas

orang-orang kembali ke alam

membaca batu prasasti yang berdebu

karena hidup yang gamang membadai

membuat ritual kehilangan nalar

dan kata-kata kehilangan aksara

 

di padang-padang tandus ruang terasa hampa

orang-orang menggali tanah

terpesona oleh bianglala yang tercipta

dari air matanya sendiri

 

kenapa harus menulis puisi

keinginan tidak harus dibesar-besarkan

biarkan kenangan membelukar

menjadi lumut-lumut pepohonan yang ditumbuhi anggrek

 

jangan bernyanyi, mari diskusi

jangan diskusi, mari beraksi

jangan beraksi, mari bersaksi

 

 

 

Gusblero Free :

BELALANG

 

Aku akan menulis puisi

karena lapar pada matamu yang menyala-nyala

ketika gerimis pertama turun

membadai di gurun panjang kegelisahanku

 

angin mengalir dalam deru nafasku

yang kalap dihujani rindu

dan kehangatan mencair dari tubuh

yang menggeliat fana

menunggu kemarau segera berlalu

 

wahai ! perempuan bergaun merah

apakah engkau tidak merasakan gemuruh

dari gairah yang melompat-lompat serupa belalang

mengitari anggrek mekar di atas dadamu

 

aku ingin bercinta

ya, sambil menulis puisi

karena duka menua

terbanting didalam hari-hari yang pilu

 

 

 

Gusblero Free :

RERUMPUTAN

 

Rerumputan

dalam samadhi

bergoyang-goyang

di atas bulu matamu

 

rerumputan

dalam jemari

kuraup dari padang

lembah-lembah suburmu

 

di luar rumah

gerimis tak jadi turun

karena cinta tanpa kata-kata

merenggut mahkota

yang tumbuh di sela rerumputanmu

 

 

 

Gusblero Free :

PAGAR SETAMAN

 

Kabut tersingkap

Embun menetas

Dua gunung dalam pangkuan

 

Pagar setaman

Dipenuhi bunga beraneka warna

 

Aku melihat semangat

Mengalir dari timur

Menggetarkan hidup

Yang kutanam di rahimmu

 

Mengepaklah sayap-sayap cinta

Menuju bumi harapan

Keberanian dinyatakan

Kepercayaan ditumbuhkan

 

Kabut tersingkap

Embun menetas

Dua gunung dalam pangkuan

 

Di padang belantara

Berpacu kuda-kuda berpuluh-puluh jumlahnya

 

Aku melihat kebenaran

Tumbuh dari hidup

Keinginan dinyatakan

Kesetiaan dibangun

 

Pagar setaman

Dipenuhi bunga beraneka warna

 

 

Gusblero Free :

ORANG-ORANG SERAYU

 

Gugurlah daun

Gugurlah bunga

Gugur harapan tinggal kenangan

Selalunya tak ada kemenangan yang abadi

dan tak ada pula duka yang tak berakhir

 

Hari masih pagi

Orang-orang pergi ke gunung

memecah batu untuk sesuap nasi

Mereka mendengar suara alam

memanggil-manggil demi hidup

yang perlu diperjuangkan

 

Orang-orang yang tak pernah tahu nama hari

Mereka hanya bergerak, terbangun dan beranjak

dari ranjang bambu

dan segeralah melihat kewajiban hidup

yang harus diurusi

 

Suara palu mereka berdentingan

bagai gamelan murni

Mengantar istri-istri mereka

menggendong bakul pergi ke pasar

dan anak-anak berangkat ke kota

untuk menarik pedati

 

Mereka menjaga rutinitas dengan kerja

Tak ada yang dikeluhkan

Tak ada yang disesalkan

 

Orang-orang Serayu

Hidup merayapi gunung dan

memecah batu-batu kali

Mereka mencangkuli ladang kentang dan tembakau

dan menyemai sawah dengan bulir-bulir padi

Sementara yang kelas menengah

membuka hutan dengan kayu kalbi

atau pergi ke kota bergaul dengan tengkulak kerja

syukur-syukur bisa menjadi pegawai negeri

 

Orang-orang Serayu

hidup menarik nafas melalui debu knalpot angkot

dan dengus kuda pedati

Mereka bergerak diantara keriuhan pasar

diatas jaman yang terus berlari

 

Orang-orang Serayu menggapai-gapai

mencapai taraf hidup atas jalan hidup

yang dipilihnya sendiri

Menjejaki ke segala arah

mereka ada di seluruh bumi

 

Tak ada yang perlu dicemaskan

Tak ada gunanya mengiba kepada nasib

Toh Serayu masih mengalir

Pertanda hidup terus bergulir

 

Gugurlah bunga

Gugurlah daun

Gugur impian tinggal kenyataan

Tak ada salahnya kita simpan kenangan

dibalik segala duka masih ada harapan

 

Serayu 1997

 1_125410913926rk

 

 

Gusblero Free :

KEBON KACANG 22

 

Di beranda depan rumah bercat putih itu

aku senantiasa mengapeli kamu

Rumah kuno bergaya joglo yang selalu

mengingatkanku akan kampung halaman

 

Di atas kursi malas yang bercat putih pula

Om Bram senantiasa duduk

menemaniku sambil membaca koran

sambil sesekali bercerita

tentang kisah-kisah perjuangan tempo dulu

Ya, cerita yang mungkin tak akan pernah berhenti

jika Tante Neli tidak segera keluar, memintanya

menyudahi cerita dan mengajaknya masuk ke dalam

Hmm, aku tertawa

 

Maka bisa dipastikan sesudah itu kamu baru akan keluar

dengan senyum tipis

yang selalu kau tutupi dengan kedua tanganmu

Percayakah kamu, Juwitaku

aku selalu kaget melihat penampilanmu

bertubi-tubi aku jatuh cinta kepadamu

 

Di bahuku kamu biasa merebahkan kepala

lalu terkadang bercerita tentang lingkungan pekerjaanmu,

teman-teman semasa sekolah, pameran lukisan,

pentas musik, atau kerusuhan yang terjadi di pusat kota

sambil sesekali berangan-angan

Kapan kita menjadi orang yang merdeka?

 

Wanitaku, sungguh beruntung aku memiliki kamu

Cerdas, mandiri dan cantik setengah mati

 

Di depan rumahmu ada taman

dengan kolam dua kali meter persegi

Di pinggirnya ada patung empat anak angsa

Dan jika aku menunjuk patung anak angsa itu

masih ingatkah kamu, aku selalu berkata

kita punya anak segitu saja

Dan ketika itu kamu akan menjawabnya

dengan cubitan-cubitan

yang tak akan pernah sakit kurasa

 

Di sebelah ruang tamu ada kamar

Kamar besar dengan banyak nostalgia

Di sanalah kamu sering menyeretku

Saat kita tak mampu lagi menahan diri

 

Jakarta, 1992

 

 

 

 

 

Gusblero Free :

PERGILAH, NINOY

 

Pergilah, Ninoy

Pergi kepada hatiku yang lebam-lebam dipukul rindu

Pergi kepada rinduku yang terseok-seok mencari-cari dirimu

 

Hatiku ngilu Noy, akalku buntu

Dua minggu tidak ketemu kamu

Hatiku ngilu

 

Jiwaku nyeri Noy, hariku sepi

Terbelenggu dalam onggokan misteri

Jiwaku nyeri

 

Pergilah, Ninoy

Pergi kepada mataku yang mulai memerah memandangi fotomu

Pergi kepada kakiku yang mulai goyah mengikuti langkah-langkahmu

 

Kuhikmati, pertemuanku denganmu adalah takdir

Kemesraanku padamu adalah vitalitas

Karunia alam dari jaman Adam sampai akhir

 

Maka menangislah kamu, Ninoy

Bahwa diantara pengertian tentang pertemanan

ketulusan tentang persahabatan

dan dukungan tentang kesetiakawanan

kukangeni kamu

disemilyar perjalanan bahteraku

 

Pergilah, Ninoy

Pergi kepada hari yang tak dijumpai pagi

Pergi kepada hati yang tak kutemukan kunci

 

Hatiku luka Noy, penuh caci maki

Hatiku rusak akan kubenahi

 

Juli, 2003

 

 

 

Gusblero Free :

VILLA BUNGA MELATI

 

Di villa bunga melati kutangkap pinggangmu

maka pudarlah pita merah yang mengikat rambutmu

 

jam empat sore kamu datang

dengan mobil yang engkau curi dari pacarmu

Ya ya ya wanitaku yang briliyan

kita sama-sama bergerak sebagai penipu

Sementara engkau bohongi Babahmu

dengan alasan pekerjaanmu

kuinjak-injak buku moral dan meletakkannya

di bawah kasur tempat kita bercumbu

 

Ya ya ya hidup menjadi aneh saat kutemukan dirimu

Jika satu ditambah satu harus menjadi dua

bagiku engkau bisa menjadi sejuta

Dunia memang bisa berubah

namun tidak bagi cintaku kepadamu

Engkau punya logika

apapun ucapanmu dihitung-hitung bisa diterima

 

Masih kuingat bagaimana engkau bercerita

pura-pura bunting untuk mendapatkan pacarmu

Ya ya ya kini kamu memang kaya

begitu pula dengan perselingkuhanmu

Tubuhmu adalah warna alam

Jamrud khatulistiwa

yang menggugah para petualang untuk menaklukkanmu

 

Kukunyah susumu dan mendidihlah darah di sekujur tubuhmu

darah yang menghanguskan segala nalarku

darah yang menghancurkan segala kecemasanku

darah dari beribu-ribu kekangenanku

melumat-lumat tubuhmu

 

Di villa bunga melati kurebahkan tubuhmu

maka menggelindinglah airmata di antara kedua pipimu

 

Dimalam hari di loteng-loteng kamar kita sama-sama terkapar

memandangi cahaya bintang-bintang dengan tubuh telanjang

sambil sama-sama saling berpikir

dengan alasan apa kita akan saling meninggalkan

Sungguh, wanitaku

begitu mudahnya kita melupakan kebersamaan

untuk kemudian hari kita rindukan lagi

Pikiran kita selalu gersang untuk mengikat persatuan

namun selalu bernafsu untuk menjalin hubungan lagi

Lalu,

Apakah kita sedang dibohongi mimpi?

 

Ya ya ya hidup memang aneh

terutama bila harus bicara tentang isi hati

Namun aku sungguh tak akan terluka

bila toh esok engkau juga harus pergi, bahkan

bila engkau tak sempat berikan bibirmu yang merah itu

disela-sela sarapan pagi

 

Di villa bunga melati kucengkerami pinggulmu

maka menggeliatlah gaun yang melapisi tubuhmu

Sementara suara mesin mulai menderu-deru

kau lambaikan kutang lewat jendela mobilmu

 

Agustus, 2003

 

 

Gusblero Free :

SAJAK KEPAYAHAN

 

Yaa Allah

Tanganku terkepal di meja

Seharian aku terbengong di beranda

tak tahu harus berbuat apa-apa

 

Tiga kilo aku telah berjalan ke utara

Bersitatap hanya dengan wajah-wajah papa

Aku melihat mulut terbata-bata

Mengeja mimpi mengejar warna-warna

Kelaparan dan kemiskinan di mana-mana

Dan diantara deru laju peradaban

Wajahku terpampang di etalase pertokoan

Lesu dan tak berdaya

 

Yaa Allah, wajahku

terkurung dalam lingkaran sepi

Didera kehampaan yang payah

tak menghasilkan apa-apa

 

Apalagi yang bisa dilakukan seorang seniman

apabila kritik dianggap sebagai kerikil pembangunan

Hidup serupa belatung

dialam masyarakat yang anti kebebasan

dan saat kebijakan ditekankan hanya lewat satu saluran

hukum membentuk wilayah belantara

 

Yaa Allah, tanganku

terkulai di atas bangku tak mencipta apa-apa

Kumuh dan sia-sia

Fana dan terlunta-lunta

 

Hatiku mendung tergulung cakrawala

Terguling tersandung-sandung ketidakberdayaan yang gamang

Pengangguran merajalela dalam hidupku

Dan di luar pintu tukang-tukang todong mengajak bersekutu

 

Aku berjalan ke pintu, Yaa Allah

dan di dapur api tak menyala

Astaga, berapa banyak lagi harapan harus disingkirkan

saat hidup harus dijalani tanpa biaya

Anak-anak tertidur untuk melupakan perutnya

karena tahu jika terbangun akan berbahaya

Ini sungguh-sungguh tak baik

dan bisa menjadi kanker bagi perkembangan jiwa

 

Namun tanganku, Yaa Allah

Lihatlah lagi tanganku sekali lagi terjungkal

Dan ketika terbuka menjadi terhina oleh janji-janji palsu

 

Juli, 2002

 

 

 Gusblero Free :

UNTUK ANUKU

 

Ketika matamu menjadi mataku

Ketika tanganmu menjadi tanganku

Letika tubuhmu menjadi tubuhku

Pudar sudah segala dukaku

 

Ketika hatiku menjadi hatimu

Ketika hidupku menjadi hidupmu

Ketika segalaku menjadi segalamu

Padan sudah segala janjiku

 

Dirinai-rinai hujan kita berciuman

sewajar-wajarnya semurni-murninya

tanpa irama kecabulan

Kita sepakati, seperti sediakala

Cintaku cintamu adalah karunia takdir

bukan kerja bukan bisnis

juga bukan sekedar bagian dari proteksi sunyi

kehidupan seorang manusia

 

Ketika dukamu menjadi dukaku

Ketika lukamu menjadi lukaku

Ketika sakitmu menjadi sakitku

Tak pudar-puadar kita menyatu

 

Ketika perutku menjadi perutmu

Ketika rambutku menjadi rambutmu

Ketika anuku menjadi anumu

Jelas sudah segalaku mejadi segalamu

 

Di dingin angin malam kita melepas rindu

seutuh-utuhnya sejujur-jujurnya

senaif-naifnya

Didalam gulita cinta kita memancar

bagai bintang timur di pagi hari

Mengapung dalam dekapan

cinta yang tak pernah tidur

 

Dan sementara malam terus berjalan

kita mengigau tentang harapan

Padahal kita sama-sama tahu

hidup takkan pernah berjalan

hanya sekedar dalam igauan tentang harapan

 

Jadwal-jadwal yang telah kita susun

pun kita lindas dengan sepatu

Kita benahi pagi hari

dengan merobek-robek pakaian dalam

dan menjadikannya lap keringat

bagi debu pergulatan dikala hari

 

Yogya, April 1994

 

 

  

Gusblero Free :

TAMAN KOTA

 

Di taman kota ada kolam, sayangku

Di sanalah sering kulunaskan kesendirianku

Ngelinting tembakau murahan

Memandangi sepi, ditemani batu kali

ikan koki dan pohonan cemara

 

Dari balik kemegahan gedung plaza itu, sayangku

Rembulan dari utara senantiasa hadir

Benderang dan angkuh

Hatiku yang terbakar di padang kegelisahan

menyelinap di antara rumputan bakung

Mencari teman begadang penjual jagung

 

Sesekali aku bertanya-tanya dalam hati

Kenapa aku masih di sini?

Kenapa aku suka sekali di sini?

 

Hmm, suka?!

Ya, barangkali karena kunang-kunang yang selalu

berkerlap-kerlip berpendar di anganku

Seperti keberanianku yang selalu saja mati

untuk menjumpaimu di pagi hari

 

Aku tertegun

Tiga minggu sudah setiap malamku terdampar di sini

Terkungkung rindu di pusaran sangsi

 

Di taman kota itu ada kolam, sayangku

Di sebelahnya ada pohonan cemara,

bangku-bangku beton, rumput-rumputan dan batu kali

Di sanalah sering kutuliskan surat-suratku untukmu

 

Wonosobo, 1997

 

 

 

Gusblero Free :

SENJA SUDAH TURUN

 

Senja sudah turun

Di hamparan telaga yang biru

cinta memantulkan cahayanya

Angin menggeliat-liat

Di rimbun batang-batang pinus menampak bianglala

Aku tenggelam dalam kekaguman

memandangi lembut jajaran alismu

Mencari-cari apa dari dirimu

yang paling kucintai

 

Hidup begitu berat

Berkali-kali kutantang nasib

Hanya kamu yang aku menangkan

 

Senja sudah turun

Siluet sinar sunset yang jatuh di bahu

berpendaran di lingkar wajahmu

Senja yang sempurna

di dahan pohon angsana burung pipit menuju sarang

Angin menggeliat-liat

Di dalam kegundahan tubuhmu menggeliat

Saat itu kamu berkata,

Kenapakah aku kau biarkan kedinginan?

 

Cintaku yang cantik

Guratan-guratan nasibku yang unik

Hanya karena dirimu

Hidup ini harus aku menangkan

 

Senja sudah turun

Di puncak bukit langit berkerudung

Angin menggeliat-liat

Sementara kubersihkan guguran daun di rambutmu

Engkau hanya tersipu manja

ketika kuangkat dagumu

 

 

 

Gusblero Free :

MATA JALAK

 

Mata jalak mencincang-cincang hatiku seperti pepaya

Mata jalakmu di dalam hatiku

Mata jalak mencincang-cincang hatiku seperti banana

Mata jalakmu di dalam sukmaku

 

Dua gunung tinggi menjulang

dua gunung bergetar-getar

menggetarkan sendiku

Dua tubuh di balik selendang

dua tubuh terang benderang

menyilaukan mataku

 

Mata jalak selayang pandang

Mata jalak rindu berlenggang

mengincar hatiku

Mata jalak bercumbu-cumbu

Mata jalak di atas dipan

Mata jalakmu mata jalakku!

 

Des, 2004

 

 

 

 

Gusblero Free :

PEREMPUAN DARI GIYANTI

 

Perempuan membawa buntalan

Dari Bandung ia datang

Menuju kampung halaman ia kembali

 

Hari masih pagi

ketika bus memasuki kota

Di dalam kendaraan sesak penumpang

Malam diguyur hujan

 

Ia berlari-lari saat bus terhenti

menuju halte di pinggir terminal

Malam dinginnya menusuk kaki

 

Ia menoleh ke kanan kiri

Tak ada ruang

Banyak pejalan berteduh menunggu pagi

Ia menggosok-gosokkan pantatnya

mencari sisa bangku yang masih ada

di antara kaki gelandangan yang

mungkin tidur atau mungkin malah mati

 

Ia menaruh buntalan yang dibawanya

dan segera membuka kutangnya

ketika bayi dalam gendongannya

menangis meminta air susunya

 

Anak alam

bayi mungil yang dilupakan bapaknya

Perempuan itu mengelus-elus kepala anaknya

Matanya menerawang ke sudut remang

kota Bandung nan jauh

Ia merintih, namun segera tersadar

seseorang menyerobot dompetnya

Ia meraung dan berteriak

: Copeeett……!!!

 

Namaku Ratri,

anggrek liar dari dusun Giyanti.

Usiaku, entah berapa kulupa

Yang kutahu aku lahir di pagi hari

di tahun meletus PKI

 

Orang bercerita, saat aku lahir

burung-burung prenjak saling bernyanyi

dan anggrek di beranda tiba-tiba mekar

menyebarkan wangi

 

Ibuku mati, tak lama usai melahirkan

karena kehabisan darah

Aku menjerit keras-keras waktu itu

dan ayahku menangis mendengar teriakanku

Seluruh saudara-saudaraku menangis,

tetangga-tetanggaku menangis,

seisi kampung menangis

di hari kelahiranku

 

Usia tujuh bulan

kujejaki bumi yang fana ini

Aku menggelepar, bagai kepiting

terpontang-panting menggapai pijakan kaki

Tetangga-tetangga saling berebutan

untuk menjadi pengasuhku

O Ibu, engkau boleh berbangga

punya anak bak bidadari

 

Di tahun ketiga

di masa-masa suram revolusi

ayahku mati, karena tabrak lari

Sekali lagi aku menangis,

saudara-saudaraku menangis,

tetangga-tetanggaku menangis

melihat penderitaanku

 

Namaku Ratri,

anggrek liar dari dusun Giyanti

 

Orang tua angkatku keluarga sederhana

kebetulan masih famili

Ibu angkatku buka warung di pasar

dan ayah angkatku kepala Satpam

di sebuah perusahaan swasta

 

Umur tujuh tahun

aku masuk di bangku sekolah negeri

dan bila senja hari tiba aku belajar menari

di padepokan tari tradisional

yang ada di dusunku

 

maka apabila aku menari

semua orang akan terkesima

waktu bagai terhenti

larut dalam pandangan

terkesima gelaran mantra

 

Selasih, itulah tarian kesukaanku

Bila aku menari pawang gaib mengiringiku

Aku dan Selasih

 

Tiga tahun aku berlatih

Tiga tahun tanpa kenal letih

Hingga tibalah pentas pertamaku…

 

Di usia tiga belas

aku mulai mengenal cinta

Bagai bunga parak mekar

banyak lelaki berniat memiliki

 

Di atas pentas aku jadi primadona

Tak ada orang tak kenal namaku

Aku mejadi mega-mega yang menutupi cakrawala

hingga orang-orang tak bisa berpaling dariku

Aku menjadi mimpi ajaib

bagi banyak lelaki yang terpukau oleh kemolekanku

 

Namaku Ratri

Anggrek jelita dari dusun Giyanti

Banyak lelaki jatuh hati, namun

aku tak menanggapi

 

Umur sembilan belas aku kian menjadi-jadi

Bagai bunga mekar benar

orang-orang tak sabar lagi untuk memiliki

 

Tiba satu masa, aku pentas lagi

Tujuh kilo dari dusunku

bagi lurah yang baru menjabat lagi

Subrodento namanya

empat puluh tiga tahun usianya

Sedari awal aku menari ia terus memandangku

Matanya membara bagai pisau berbisa

 

Di masa-masa jeda pentas pertamaku

Jagabaya memanggilku

Ia bilang putra lurah ingin bertemu

 

Di belakang rumah

Di bale-bale dari anyaman bambu ia menungguku

Karto namanya, putra lurah yang pertama

Juragan sapi pekerjaannya

 

“Masuklah, Ratri.” Ucapnya

Astaga, mulut itu berbau naga

Kuambil kursi, namun

seorang centeng menyeretku

 

Lelaki-lelaki itu memegang kaki dan tanganku

Aku meronta, kutendang selangkangannya

Namun aku tak berdaya ketika mereka menyergapku

Aku berteriak :” Aakkk…!”

namun mereka segera menyumpal mulutku

 

…………………………..

Ya Tuhan, malam kelam bagai srigala

Mereka mempreteli pakaianku

Mereka memperkosaku

Aku dan Selasih

………………

bulan di atas langit

mengapung di tengah kolam

Dua belas bulan dari peristiwa itu

Aku kini telah di Bandung

 

Majikanku punya butik

Dengan banyak pegawai yang cantik-cantik

O ya, di sini aku bekerja sebagai pembantu

dengan gaji seratus ribu rupiah perminggu

Tujuh bulan aku bekerja di sini

dua kali sudah aborsi

 

Hidup menjadi tidak menarik

bagi perempuan cantik, namun miskin sepertiku

Malam-malam menjadi jahanam

selalu mengintai bagaikan senapan

bagi kesendirianku

 

Sunyi hidup aku mengerang

Hatiku getir memandang nasibku

Pengap dan sumpek

Kumuh dan berbau apek

Sial dan terpental-pental dari satu duka

menuju kenestapaan baru

Ya Tuhan, aku merindukan diriku yang dulu

Aku dan Selasih

 

Namaku Ratri

Anggrek liar dari dusun Giyanti

Dua puluh satu tahun usiaku

Perempuan muda tanpa daya

 

Pada suatu hari

seorang pejabat datang di tokoku

Ia memesan seragam yang banyak sekali

Aku terdiam di pojok, tubuhku gemetar

Ia menatapku berkali-kali

 

Seminggu dua minggu

Tiga minggu pesananpun jadi

Tiba saat mengantar, aku yang ditugasi

Ketika aku menolak, juraganku marah

“Ini tugas!” katanya

“Tapi…, Tuan.”

“Aku yang menentukan kamu harus berbuat apa!”

“Tapi…”

“Pergi!”

 

dingin sejuk di dalam gedung

matahari pendam di ruang merkuri

detak jam dinding terdengar seperti dengkur

lampu ruang berpijar setengah hati

setengah pejam setengah nyala

setengah menentramkan setengah menyeramkan

 

maka di sinilah aku kini

di dalam ruang yang penuh birokrasi

Aku terkesima, Ya Tuhan

Ia memberiku tip yang banyak sekali

yang diambilnya dari dompetnya sendiri

yang terbuat dari kulit buaya

 

Ia berkata :” Tak usah terburu-buru,

Aku tengah berpikir untuk memesan lagi.”

Maka aku hanya terdiam

ketika kemudian ia mengajakku melihat-lihat kolam,

memandangi lukisan dan menyalakan televisi

 

Bahkan entah kenapa aku tak berdaya

ketika kemudian ia mendekatiku

Memberiku segelas minuman

kemudian tiba-tiba memelukku

 

Aku melenguh, namun tak kuasa menolak kegairahan

yang muncul dari birahiku

Maka ketika kemudian kami masuk kamar

sudah tak jelas siapakah sebenarnya yang meminta

Aku, dia, ataukah nafsu kami bersama-sama

 

Sesudah peristiwa itu

kami mengulanginya berkali-kali

Di tempat-tempat yang berbeda

bahkan di sela-sela kunjungan kerja

 

Mimpiku nampaknya mulai berbunga

Di Bandung kini aku sudah tidak lagi bekerja

Aku sudah mempunyai rumah kontrakan pribadi

juga kendaraan yang selalu siap mengantarku kesana-kemari

 

Namaku Ratri

Anggrek liar, cantik dan bergengsi

Ketika kemudian pejabat itu dipecat karena korupsi

Aku sudah tidak perduli

 

Tiga bulan aku gentayangan

lalu jatuh cinta pada seorang lelaki tampan

Ia menjadi pangeran bagi keliaran mimpi masa silamku

kami mengeja hari-hari cinta

bagi nafsu sekuat raksasa

 

Perempuan yang gila karena cinta itu adalah aku

Perempuan yang dulu nista terlunta-lunta dan

berkali-kali diperkosa, namun kini telah berubah perkasa itu

adalah aku

 

………………………….

bulan redup tak memantul di air comberan

hatiku gugup tubuhku payah menahan kenestapaan

sempoyongan aku berjalan di atas aspal jalanan

Aku, pelacur yang hamil,

dan tak punya tujuan

 

Dua bulan semenjak berkenalan

lelaki itu merampokku, dan melemparkanku

ke rumah pelacuran

Aku menjerit aku marah

namun tak bisa berbuat apa-apa

 

Dua minggu berikutnya adalah neraka

Sampai ketika aku jatuh sakit

diperiksa Dokter, kemudian melarikan diri

 

Beruntung aku punya tampungan

teman baik semasa di butik

Ia memberiku tumpangan

sampai saat-saat aku melahirkan

 

Aku seorang ibu sekarang

Bunga Anggrek itu telah mati

Ya Tuhan, aku ingin pulang

 

Perempuan membawa buntalan

Dari Bandung ia datang

ke desa sunyi ia kembali

Ketika matahari pagi kemudian memancar

ia melihat senyum si jabang bayi

Ia kini telah tersadar

Ia harus hidup lagi !

 

Wonosobo, 1998

 

 

 

Gusblero Free :

GANG DELIMA 18

 

Tanggal 12 di bulan Juli

Tanpa janji tanpa basa-basi

Pada akhirnya kita bertemu

 

Langit agak mendung di sore itu

Dan juga tak pernah ada kata sepakat

Bahwa bulan akan terbit malam-malamnya

 

Seingatku ini yang ke empat kali

Aku datang kerumah kamu

Jalanan ramai, orang lalu-lalang

Tapi tak ada yang peduli bahwa aku mengangeni kamu

 

Maka inilah aku

Tak ada yang berubah, seperti juga matamu

Seperti juga mataku

Mata yang gagap, mata-mata yang gampang kikuk

Mata-mata yang suka mencuri mata

 

Hujan akan segera turun nampaknya, ucapmu

Aku mengangguk, dan tak mendengar apa-apa lagi

Di dadaku kamu lalu merebahkan kepala

Di dadamu aku menaruh mataku

 

Yogya, 1991

 

 

Gusblero Free :

APEL DI ATAS KALI

 

Sebutir nasi yang tersisa di atas sebungkus daun

diambil seorang ibu disuapkan kepada anaknya

ia tahu ia harus bersabar

di atas tungku kayu bakar yang kehabisan nyala

ia melihat panci gosong tak lagi menyimpan apa-apa

 

ia menerawang

di sudut-sudut kumuh rumah kardusnya

hari-hari masih akan sangat panjang bagi anaknya

ia tahu hatinya berdebar-debar

didekapkannya wajah anaknya di dadanya yang berdebu

dipandangi dan diusapnya berkali-kali

mungil dan menggetarkan

kotor dan mengibakan

seorang bocah kecil yang tidak boleh melihat semuanya

seorang anak yang tidak boleh tahu bapaknya telah mati

digebuki orang-orang kota karena mencuri sepiring nasi

 

Astaga! kemerdekaan macam apa ini

kemerdekaan tanpa pilihan

bukannya kemerdekaan untuk memilih merdeka atau mati

namun untuk keharusan memilih tunduk atau digusur

yang maknanya tetap saja sama harus tunduk untuk digusur-gusur

 

bayi-bayi yang terancam mati diselamatkan

namun lebih untuk meraih nobel bagi kemanusiaan

sesudah dewasa mereka dibiarkan mati di jalanan

demi menekan jumlah angka pengangguran

 

orang-orang kaya mengunci pintu dan memasang pagar berduri

agar bisa menghindar dari jaman yang mengandung infeksi

dan orang-orang suci merasa lebih mulia untuk megurung diri

mencukup-cukupkan sorga bagi dirinya sendiri

 

sebutir nasi yang tersisa di atas sebungkus daun

tidak mengenyangkan, apalagi bagi bayi yang kurang ASI

ibu muda itu meradang bayinya meronta-ronta

ia tahu ia harus berbuat sesuatu

samar sempat terpikir untuk membenamkan anaknya

dalam kubangan lumpur yang dalam

 

ia meraung, niatan itu diurungkannya

belingsatan ia memandang ke segala arah

lalu terkesima pada sepotong apel

mengambang di arus kali yang deras

 

perempuan itu tersenyum, ia melihat harapan

ia melihat pintu yang sangat terbuka agar ia dan anaknya

tidak akan merasa kelaparan lagi

ia melihat jalan yang sangat lapang agar hidupnya tidak lagi sunyi

porak poranda dan ditolak dunia

 

pelan ia melihat

wajah suaminya tersenyum

memanggil-manggil dari gubuk yang jauh

melambai-lambaikan tangannya siap merengkuh

perempuan itu tertawa untuk terakhir kalinya

kekuasaan hidup harus diatasi

dan ia tahu puncaknya

kemerdekaan terakhir di atas kali

 

[6/11/06]

 

 

Gusblero Free :

DI ATAS SERAYU

 

Di atas kali Serayu sambil membayangkan wajahmu

Aku melihat langit terhampar di pucuk angsana

Maka di sinilah aku akan menuliskan sajak-sajakku

Sajak dari lumut meranggas di batu-batu

Sajak dari pokok rebung meretas di akar bambu

Sajak-sajak dari gairahku menjujusi cintamu

 

Cinta yang bermula dari pertimbangan rasa

Dari apa yang kupercayai sebagai ning

Cinta yang dibakar dengan banyak godaan

Dengan apa yang kuyakini sebagai nong

Cinta yang lebur dalam tungku smaradahana

Dalam apa yang lalu kita hikmahi sebagai gung

 

Berkali-kali aku berfikir

Berkali-kali aku mengeja

Berkali-kali kita memecahkannya

 

Berkali-kali aku ning

Berkali-kali aku nong

Berkali-kali kita menge-gung-kannya

 

Berkali-kali kutak habis berfikir

Berkali-kali kutak habis mengeja

Berkali-kali kita tak habis-habis memecahkannya

 

Seperti yang terjadi kali ini

Di atas kali Serayu aku ning

Dengan kapal dari puisi kertas kukirimkan rasa nong-ku

Di manakah kamu kini, gung-ku?

 

Langit di alam merdeka

Dan aku bebas meraup cinta dari segala sumbernya

Tapi tidak dari mata airmu

 

Kamu adalah pawang bagi segenap gairahku

Kamu adalah nelayan bagi seluruh pelayaranku

Apa jadinya hidupku bila tidak segera kujumpai kamu

 

Angin mengalir

Kakiku menyentuh di dasar kali

 

Aku terkenang dalam dingin seperti inilah dulu kita bertemu

Di puncak Sindoro dalam kabut membekap tubuhmu

Dan aku harus berterima kasih kepada alam

Karena walau kamu juara matematika

Toh kamu tidak akan bisa mengendalikan cuaca

 

Dari alam yang ning

Kamu merapat di bahuku nong

Langit terbuka hatiku terbuka

Jiwa kita sama-sama terbuka

Dan kita gung di balik cakrawala

 

Dalam suasana he-ning

Kukecup keningmu yang no-nong

Dan tanganmu mencengkeram erat di pung-gung-ku

 

Cinta yang memancar

Seperti Serayu yang terus mengalir

Mencairkan kepenatanku

Menghadapi hidup yang tak gampang

Hanya kamu yang kupunya

 

Ya ya ya bersama kamu

Di atas kali Serayu ini cinta tidak pernah menjadi drama

Di atas batuan kali yang rebah bagai punggung pualam

Kita sering berbincang bagai telenovela

 

Alam yang he-ning

Keningmu yang no-nong

Sungguh panorama a-gung yang tiada terkira

 

Maka begitulah Serayu telah menjadi bagian-bagian dari hidupku

Bagian dari ruang menumpahkan rinduku

Bagian dari kesaksian hidupku menuntaskan kejenuhanku

Bagian dari ning bagian dari nong bagian dari gung-ku

 

Januari 2009

 

 

Gusblero Free :

PALESTINE’S SONG

 

Adakah bangsa-berbangsa di dunia ini yang tidak pantas memiliki Negara?
Adakah Negara-negara di dunia ini yang tidak pantas disebut Negara?

 

Sebuah Negara tidak layak menyebut dirinya rakyat adalah saya
Yang kemudian melegitimasi pembunuhan masal
untuk mengukuhkan kekuasaannya
Sebuah Negara adalah wilayah berdaulat yang secara
hukum internasional tetap diakui keberadaannya, pun walau
seribu badai halilintar mencoba mengaburkannya dari peta
Sebuah Negara adalah alamat yang hanya boleh dicatat
dalam hubungannya sebagai sesama manusia

 

Di Palestina begitu banyak orang-orang mengucapkan kata-kata Israel
Di Israel begitu banyak orang-orang menggumamkan kata-kata Palestina
Namun kita tahu semua kawan, pada akhirnya kita tahu semua
Itu bukan pembauran bangsa-berbangsa yang sempurna

 

Sejauh ini kita hanya mendengar ulasan berita perang
antara rakyat yang satu dengan rakyat lainnya
Lalu siapakah sebenarnya pemimpin Negara, dan dimanakah adanya?
Sejauh ini kita hanya mendengar koor lagu peduli
mendengung dari Negara yang satu dan Negara-negara lainnya
Lalu apakah fungsinya pemimpin antar negara, dan dimanakah adanya?
Sejauh ini kita hanya hidup di bilik doa, dan mempersenjatai diri dengan mempercayai semua itu sudah takdir adanya

 

Di Gaza begitu banyak rudal meluncur dari dubur pesawat dengan maklumat yang sangat jelas pesannya: untuk Israel!
Di Gaza begitu banyak orang hanya bisa melihat ke angkasa dengan wajah gosong memekikkan satu kata: untuk Palestina!
Di tanah Gaza kita tidak pernah perduli wajah siapa tersungkur ke haribaan bumi
untuk yang pertama dan seterusnya

 

Lalu siapakah sebenarnya yang tengah sakit di antara kita semua?
Israel, Palestina, para pemimpin dunia, atau justru kita semuanya
yang tidak pernah jelas mengingatkan pemimpin untuk bersikap tegas
mengatasi persoalan-persoalan dunia?

 

Adakah bangsa-berbangsa di dunia ini yang tidak pantas memiliki Negara?
Lalu apa artinya menjadi warga Negara dunia kalau kita juga tidak mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dalam perkumpulan warga dunia?

 

Di Israel kita tahu tak akan ada lagi penyesalan karena isak tangis sudah terkuras habis di tembok ratapan
Di Palestina kita tahu tak akan lagi ada orang meragukan kematian kecuali sebagai sakramen perjuangan
Di langit bunga api berpijar, di sudut-sudut dusun kilat nyala benderang
Namun kita semua tahu kawan, pada akhirnya kita semua tahu
Itu bukan perayaan bangsa-berbangsa seperti yang kita angankan

 

Pada akhirnya kita tahu ada bangsa yang merasa tidak cukup bisa
hidup pada sebidang tanah
Pada akhirnya kita tahu kawan, pada akhirnya kita tahu
Ada bangsa yang rela bertahan hidup hanya untuk sebidang tanah
Tak ada lagi matsnawi, tak ada lagi harum kayu cedar untuk merayakan hubungan insani dalam persaudaran dunia
Karena perang dan tehnologi adalah konsep, sedangkan hidup dan mati bukanlah kekuasaan manusia

 

Lalu untuk hal-hal seperti inikah kita layak memiliki Negara?
Untuk hal-hal seperti inikah Negara harus membentuk tentara?
Penonton boleh terhibur, pemimpin boleh tertidur,
namun rakyat harus perang selamanya
Pasukan tempur boleh gugur, negeri boleh hancur,
hanya pemimpin boleh ngelindur selama masih berkuasa

 

Maka jika memang hanya tidur atau gugur saja solusi dari semuanya
Ambil selempangmu kawan, mari ayunkan bersama

 

: Tidur tidurlah tidur, Israelku sayang
Tidur tidurlah tidur, Palestinaku sayang

        

Semarang, 14 Januari 2009

Puisi ini dimuat di : http://oase.kompas.com/read/2009/01/15/19211930/Palestines.Song

 

 

 

Gusblero Free :

LAGU PENGUNGSI

Di tanah-Mu yang begini luas

Dimana lagi aku harus mendirikan rumah, Tuhanku

Aku tidak membutuhkan tempat

Karena di manapun ruang adalah tempatku memuja-Mu

Tapi di mana lagi aku harus mendirikan rumah, Tuhanku

 

Tenda dan kemah-kemah barangkali cukup nyaman

Buatku berlindung dari panas dan guyur hujan

Tapi dimanakah anak-anakku harus menganyam masa depan

Ruang yang terang selengang tenda

Tidak memberikan tanda mana utara mana selatan

mana timur mana baratnya

Aku hanya takut mereka akan kehilangan arah, Tuhanku

 

Di tanah-Mu yang Maha Luas

Aku tidak melihat lagi hak-hak kecuali itu atas pertolongan-Mu

Aku takut, Tuhanku, aku gemetar

Anak-anak sudah tidak berani menangis lagi

Mereka tahu hidup bapaknya merangkak di selasar bumi

Tak kuasa, tak berani, gemetar mengharapkan belas kasih-Mu

 

Di tanah-Mu yang begini luas

Aku takut, Tuhanku

Kemana lagi aku harus menghadapkan wajah

Aku mengharap belas kasih-Mu

 

Wonosobo, 8 September 2009 Pkl.20.05

Puisi ini dimuat di : http://oase.kompas.com/read/2009/09/11/00541286/Puisi-puisi.Gus.Blero

 

 

Gusblero Free :

HUJAN PERTAMA

 

Hujan pertama bulan ini sungguh mencemaskanku

Air melindas tonggak sepenggalah tenda

Dan wajah yang kurang tidur

Sia-sia membenamkan kaki dalam lumpur

Meregang menarik tali tenda tak bisa

 

Anak-anak berteriak, anak-anak menjerit

Menandingi hujan yang sama kerasnya

Aku berteriak, Tuhan jangan tinggalkan aku

 

Didalam hujan deru meniadakan air mata

Meludah darah laki-laki separuh baya

Menggigil tak tahu harus bagaimana

Karena mengapa tak tersisa

Dilindas tangis anak berpuluh-puluh

Beratus-ratus beribu-ribu

Menunggu Tuhan mengulurkan kasih-Nya

 

Wonosobo, 9/9/09

Puisi ini dimuat di : http://oase.kompas.com/read/2009/09/11/00541286/Puisi-puisi.Gus.Blero

 

 

Gusblero Free :

MENUNGGU TUHAN

Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu

Hanya Tuhan berharap menampak pada hati yang lembut

Hati yang dermawan dan rela berbagi

Bencana rampung jeritan usai

Yang mati tinggallah mati

Yang hidup mau ngomong apalagi

 

Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu

Hanya Tuhan melangkah pada jejak-jejak

Kaki yang bersegera menjemput pilu

Tak ada yang bisa lebih dimiliki kecuali saudara

Tak ada yang lebih dihayati bahwa

Kita pun bisa mengalami nasib yang sama

 

Dan nasib duhai nasib

Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu

Kecuali Tuhan membawa nasib

Bagi harapan yang masih ada

Bagi berlalunya nasib mengurung semenjana

 

Wonosobo, 9/9/09

 

Puisi ini dimuat di : http://oase.kompas.com/read/2009/09/11/00541286/Puisi-puisi.Gus.Blero

100 HARI KERJA BUPATI

422404f6d27c05e9a1d2a77a8460f3c3

Pekan ini pemerintahan kabupaten Wonosobo memasuki bulan ketiga masa pemerintahan Eko Purnomo dan Agus Soebagyo sebagai Bupati dan Wakil Bupati Wonosobo yang baru, terhitung sejak waktu pelantikan tanggal 17 Pebruari 2016. Tentu saja tidak ada yang aneh, juga tidak ada yang fantastis bisa dicatat dalam kurun yang masih seumur jagung ini.

 

Yang begini justru menjadi hal yang melegakan bagi sebagian besar orang yang relatif sudah cukup jenuh dengan berbagai pembicaraan politik. Sudah cukup dan cukuplah sudah. Biarlah televisi yang terus jungkir balik memainkan akrobat pemberitaannya untuk menaikkan rating, sementara disisi lain tugas dari media jurnalisme yang waras tidaklah boleh lepas dari tugas warga bangsa untuk ikut berperan serta dalam menjaga situasi keamanan dan ketentraman nasional. Mengutip landasan berpikir Majalah Tempo, “Asas Jurnalisme kami oleh karena itu bukanlah asas jurnalisme politik, yang memihak satu golongan. Karni percaya bahwa kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya bahwa tugas pers bukanlah menyebarkan prasangka, namun justru melenyapkannya, dan bukan membenihkan kebencian melainkan mengkomunikasikan saling-pengertian.”

 

Kembali kepada soal aneh tidak aneh, atau fantastis dan tidak fantastis di atas. Akan menjadi aneh kalau Bupati baru dilantik kemudian tanpa ba bi bu langsung main sikat dan mengatur irama birokrasi hanya untuk meraih target 100 hari kerja, misalnya. Bahkan pemerintahan Jokowi – Jeka sekalipun tidak menggunakan parameter 100 hari sebagai patokan, namun mendasarkan pada kerangka program jangka panjang dan jangka pendek.

 

Acuan program jangka pendek meliputi target-target produksi yang bisa meningkatkan kesejahteraan secara umum, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk mewujudkan semua itu. Sementara pembangunan yang berhubungan dengan infrastruktur harus mengacu program jangka panjang dikarenakan juga harus melibatkan asumsi tata ruang kota kabupaten ke depannya.

 

Tugas menjadi bupati atau wakil bupati memang tergolong berat, pertanggung jawabannya personal. Bahkan menurut teman saya yang kebetulan anak seorang bupati, menjadi anak bupati saja juga tidak kalah berat, yang mana segala ­unggah-ungguh kudu lebih dijaga, ora kena ngono kudu ngene, dan sebagainya. Sama juga halnya menjadi rakyat atau warga biasa juga bisa menjadi berat dan ngenes sembarang-barang mikir dhewe.

 

Berawal dari titik pandang ini, maka tidak ada salahnya rekonsiliasi kedaerahan dilakukan, agar spirit bebrayan bisa diusung guna menangkis isu kesenjangan yang akhir-akhir ini bergerak menuju SARA. Apa iya terus kenyang kalau setiap hari kita membicarakan politik. Apalagi kalau kita cermati, politik kita hari ini isinya tak lebih propaganda memobilisasi pendapat massa untuk mendukung kepentingan tertentu dan atau golongan.

 

Hitung-hitungan 100 hari itu tidak penting, disebabkan hidup terus berproses. Lain hal kalau kita mau menandai itu sebagai tengara pada orang yang sudah meninggal. Mitung ndino, nyelapan, nyatus, nyewu, dan seterusnya. Menurut saya sepanjang tidak memberatkan itu tidak mengada-ada untuk dilakukan. Minimal bisa untuk merekonstruksi kumpul para sedulur, dan agar keluarga besar kita tidak kehilangan nasab asal.

 

Wonosobo, 17 Mei 2016