SYAIR-SYAIR SERAYU I Gusblero Free
BELALANG, KAYU & RERUMPUTAN
- Lagu Annie
- Calon Menantu
- Mari Diskusi
- Belalang
- Rerumputan
- Pagar Setaman
- Orang-Orang Serayu
- Kebon Kacang 22
- Pergilah, Ninoy
- Villa Bunga Melati
- Sajak Kepayahan
- Untuk Anuku
- Taman Kota
- Senja Sudah Turun
- Mata Jalak
- Perempuan Dari Giyanti
- Gang Delima 18
- Apel di Atas Kali
- Di Atas Serayu
- Palestine’s Song
- Lagu Pengungsi
- Hujan Pertama
- Menunggu Tuhan
Gusblero Free :
LAGU ANNIE
Musik itu, Ann
Masih mengalun dalam ruang kepalaku
Empat gadis bermain band
Dan kisah kita menjadi ide cerita
Angin Nopember bergeser perlahan
Menutupi rasa dahaga di bulan puasa
Aku menggerutu dalam kangen yang fana
Bersiul-siul sepanjang malam sampai dibedug tiba
Hmm lagu itu, Ann
Betapa nyinyir menyinggung cinta yang berdarah-darah
Cinta yang mengalir dalam prana
Menuju sangkan paraning manusiaku manusiamu
Ya ya, kesabaran adalah siklus alam
Yang akan membentuk cinta serupa pualam
Kesaksian ini, Ann, menjadi daya seorang manusia
Bagi cinta yang tak pernah bangun dari kebodohannya
Nop’ 2003
Gusblero Free :
CALON MENANTU
Di teras ini aku terbiasa melihat lukisan matahari
Bila senja hinggap di cakrawala, burung-burung
akan membawa nyanyian cintaku kepadanya
Wajah kekasihku terpantul di kolam
membawa rinduku menyelam
Wajah kekasihku tergambar di kaca jendela
menabrak rinduku yang memberontak
Wajah kekasihku terbayang di pintu
di dapur, ruang tamu dan di mana-mana
Aku terkesima, berhentilah kamu menggoda
Langit melihat cakrawala
Cakrawala terhampar seperti jiwaku yang terbuka
Aku tertawa, Ibu mertua kedengaran bercerita di dapur
si anak sudah sungguh dewasa
Ah ibu, jangan cemaskan datangnya hari
aku akan segera meminang putrimu
Gusblero Free :
MARI DISKUSI
Ruang hampa puisi gersang
Membelukar ditumbuhi anggrek
di padang-padang tandus
angin terasa tandas menguliti mantra
dalam diskusi menjadi fatamorgana
akhirnya menjadi jelas
orang-orang kembali ke alam
membaca batu prasasti yang berdebu
karena hidup yang gamang membadai
membuat ritual kehilangan nalar
dan kata-kata kehilangan aksara
di padang-padang tandus ruang terasa hampa
orang-orang menggali tanah
terpesona oleh bianglala yang tercipta
dari air matanya sendiri
kenapa harus menulis puisi
keinginan tidak harus dibesar-besarkan
biarkan kenangan membelukar
menjadi lumut-lumut pepohonan yang ditumbuhi anggrek
jangan bernyanyi, mari diskusi
jangan diskusi, mari beraksi
jangan beraksi, mari bersaksi
Gusblero Free :
BELALANG
Aku akan menulis puisi
karena lapar pada matamu yang menyala-nyala
ketika gerimis pertama turun
membadai di gurun panjang kegelisahanku
angin mengalir dalam deru nafasku
yang kalap dihujani rindu
dan kehangatan mencair dari tubuh
yang menggeliat fana
menunggu kemarau segera berlalu
wahai ! perempuan bergaun merah
apakah engkau tidak merasakan gemuruh
dari gairah yang melompat-lompat serupa belalang
mengitari anggrek mekar di atas dadamu
aku ingin bercinta
ya, sambil menulis puisi
karena duka menua
terbanting didalam hari-hari yang pilu
Gusblero Free :
RERUMPUTAN
Rerumputan
dalam samadhi
bergoyang-goyang
di atas bulu matamu
rerumputan
dalam jemari
kuraup dari padang
lembah-lembah suburmu
di luar rumah
gerimis tak jadi turun
karena cinta tanpa kata-kata
merenggut mahkota
yang tumbuh di sela rerumputanmu
Gusblero Free :
PAGAR SETAMAN
Kabut tersingkap
Embun menetas
Dua gunung dalam pangkuan
Pagar setaman
Dipenuhi bunga beraneka warna
Aku melihat semangat
Mengalir dari timur
Menggetarkan hidup
Yang kutanam di rahimmu
Mengepaklah sayap-sayap cinta
Menuju bumi harapan
Keberanian dinyatakan
Kepercayaan ditumbuhkan
Kabut tersingkap
Embun menetas
Dua gunung dalam pangkuan
Di padang belantara
Berpacu kuda-kuda berpuluh-puluh jumlahnya
Aku melihat kebenaran
Tumbuh dari hidup
Keinginan dinyatakan
Kesetiaan dibangun
Pagar setaman
Dipenuhi bunga beraneka warna
Gusblero Free :
ORANG-ORANG SERAYU
Gugurlah daun
Gugurlah bunga
Gugur harapan tinggal kenangan
Selalunya tak ada kemenangan yang abadi
dan tak ada pula duka yang tak berakhir
Hari masih pagi
Orang-orang pergi ke gunung
memecah batu untuk sesuap nasi
Mereka mendengar suara alam
memanggil-manggil demi hidup
yang perlu diperjuangkan
Orang-orang yang tak pernah tahu nama hari
Mereka hanya bergerak, terbangun dan beranjak
dari ranjang bambu
dan segeralah melihat kewajiban hidup
yang harus diurusi
Suara palu mereka berdentingan
bagai gamelan murni
Mengantar istri-istri mereka
menggendong bakul pergi ke pasar
dan anak-anak berangkat ke kota
untuk menarik pedati
Mereka menjaga rutinitas dengan kerja
Tak ada yang dikeluhkan
Tak ada yang disesalkan
Orang-orang Serayu
Hidup merayapi gunung dan
memecah batu-batu kali
Mereka mencangkuli ladang kentang dan tembakau
dan menyemai sawah dengan bulir-bulir padi
Sementara yang kelas menengah
membuka hutan dengan kayu kalbi
atau pergi ke kota bergaul dengan tengkulak kerja
syukur-syukur bisa menjadi pegawai negeri
Orang-orang Serayu
hidup menarik nafas melalui debu knalpot angkot
dan dengus kuda pedati
Mereka bergerak diantara keriuhan pasar
diatas jaman yang terus berlari
Orang-orang Serayu menggapai-gapai
mencapai taraf hidup atas jalan hidup
yang dipilihnya sendiri
Menjejaki ke segala arah
mereka ada di seluruh bumi
Tak ada yang perlu dicemaskan
Tak ada gunanya mengiba kepada nasib
Toh Serayu masih mengalir
Pertanda hidup terus bergulir
Gugurlah bunga
Gugurlah daun
Gugur impian tinggal kenyataan
Tak ada salahnya kita simpan kenangan
dibalik segala duka masih ada harapan
Serayu 1997
Gusblero Free :
KEBON KACANG 22
Di beranda depan rumah bercat putih itu
aku senantiasa mengapeli kamu
Rumah kuno bergaya joglo yang selalu
mengingatkanku akan kampung halaman
Di atas kursi malas yang bercat putih pula
Om Bram senantiasa duduk
menemaniku sambil membaca koran
sambil sesekali bercerita
tentang kisah-kisah perjuangan tempo dulu
Ya, cerita yang mungkin tak akan pernah berhenti
jika Tante Neli tidak segera keluar, memintanya
menyudahi cerita dan mengajaknya masuk ke dalam
Hmm, aku tertawa
Maka bisa dipastikan sesudah itu kamu baru akan keluar
dengan senyum tipis
yang selalu kau tutupi dengan kedua tanganmu
Percayakah kamu, Juwitaku
aku selalu kaget melihat penampilanmu
bertubi-tubi aku jatuh cinta kepadamu
Di bahuku kamu biasa merebahkan kepala
lalu terkadang bercerita tentang lingkungan pekerjaanmu,
teman-teman semasa sekolah, pameran lukisan,
pentas musik, atau kerusuhan yang terjadi di pusat kota
sambil sesekali berangan-angan
Kapan kita menjadi orang yang merdeka?
Wanitaku, sungguh beruntung aku memiliki kamu
Cerdas, mandiri dan cantik setengah mati
Di depan rumahmu ada taman
dengan kolam dua kali meter persegi
Di pinggirnya ada patung empat anak angsa
Dan jika aku menunjuk patung anak angsa itu
masih ingatkah kamu, aku selalu berkata
kita punya anak segitu saja
Dan ketika itu kamu akan menjawabnya
dengan cubitan-cubitan
yang tak akan pernah sakit kurasa
Di sebelah ruang tamu ada kamar
Kamar besar dengan banyak nostalgia
Di sanalah kamu sering menyeretku
Saat kita tak mampu lagi menahan diri
Jakarta, 1992
Gusblero Free :
PERGILAH, NINOY
Pergilah, Ninoy
Pergi kepada hatiku yang lebam-lebam dipukul rindu
Pergi kepada rinduku yang terseok-seok mencari-cari dirimu
Hatiku ngilu Noy, akalku buntu
Dua minggu tidak ketemu kamu
Hatiku ngilu
Jiwaku nyeri Noy, hariku sepi
Terbelenggu dalam onggokan misteri
Jiwaku nyeri
Pergilah, Ninoy
Pergi kepada mataku yang mulai memerah memandangi fotomu
Pergi kepada kakiku yang mulai goyah mengikuti langkah-langkahmu
Kuhikmati, pertemuanku denganmu adalah takdir
Kemesraanku padamu adalah vitalitas
Karunia alam dari jaman Adam sampai akhir
Maka menangislah kamu, Ninoy
Bahwa diantara pengertian tentang pertemanan
ketulusan tentang persahabatan
dan dukungan tentang kesetiakawanan
kukangeni kamu
disemilyar perjalanan bahteraku
Pergilah, Ninoy
Pergi kepada hari yang tak dijumpai pagi
Pergi kepada hati yang tak kutemukan kunci
Hatiku luka Noy, penuh caci maki
Hatiku rusak akan kubenahi
Juli, 2003
Gusblero Free :
VILLA BUNGA MELATI
Di villa bunga melati kutangkap pinggangmu
maka pudarlah pita merah yang mengikat rambutmu
jam empat sore kamu datang
dengan mobil yang engkau curi dari pacarmu
Ya ya ya wanitaku yang briliyan
kita sama-sama bergerak sebagai penipu
Sementara engkau bohongi Babahmu
dengan alasan pekerjaanmu
kuinjak-injak buku moral dan meletakkannya
di bawah kasur tempat kita bercumbu
Ya ya ya hidup menjadi aneh saat kutemukan dirimu
Jika satu ditambah satu harus menjadi dua
bagiku engkau bisa menjadi sejuta
Dunia memang bisa berubah
namun tidak bagi cintaku kepadamu
Engkau punya logika
apapun ucapanmu dihitung-hitung bisa diterima
Masih kuingat bagaimana engkau bercerita
pura-pura bunting untuk mendapatkan pacarmu
Ya ya ya kini kamu memang kaya
begitu pula dengan perselingkuhanmu
Tubuhmu adalah warna alam
Jamrud khatulistiwa
yang menggugah para petualang untuk menaklukkanmu
Kukunyah susumu dan mendidihlah darah di sekujur tubuhmu
darah yang menghanguskan segala nalarku
darah yang menghancurkan segala kecemasanku
darah dari beribu-ribu kekangenanku
melumat-lumat tubuhmu
Di villa bunga melati kurebahkan tubuhmu
maka menggelindinglah airmata di antara kedua pipimu
Dimalam hari di loteng-loteng kamar kita sama-sama terkapar
memandangi cahaya bintang-bintang dengan tubuh telanjang
sambil sama-sama saling berpikir
dengan alasan apa kita akan saling meninggalkan
Sungguh, wanitaku
begitu mudahnya kita melupakan kebersamaan
untuk kemudian hari kita rindukan lagi
Pikiran kita selalu gersang untuk mengikat persatuan
namun selalu bernafsu untuk menjalin hubungan lagi
Lalu,
Apakah kita sedang dibohongi mimpi?
Ya ya ya hidup memang aneh
terutama bila harus bicara tentang isi hati
Namun aku sungguh tak akan terluka
bila toh esok engkau juga harus pergi, bahkan
bila engkau tak sempat berikan bibirmu yang merah itu
disela-sela sarapan pagi
Di villa bunga melati kucengkerami pinggulmu
maka menggeliatlah gaun yang melapisi tubuhmu
Sementara suara mesin mulai menderu-deru
kau lambaikan kutang lewat jendela mobilmu
Agustus, 2003
Gusblero Free :
SAJAK KEPAYAHAN
Yaa Allah
Tanganku terkepal di meja
Seharian aku terbengong di beranda
tak tahu harus berbuat apa-apa
Tiga kilo aku telah berjalan ke utara
Bersitatap hanya dengan wajah-wajah papa
Aku melihat mulut terbata-bata
Mengeja mimpi mengejar warna-warna
Kelaparan dan kemiskinan di mana-mana
Dan diantara deru laju peradaban
Wajahku terpampang di etalase pertokoan
Lesu dan tak berdaya
Yaa Allah, wajahku
terkurung dalam lingkaran sepi
Didera kehampaan yang payah
tak menghasilkan apa-apa
Apalagi yang bisa dilakukan seorang seniman
apabila kritik dianggap sebagai kerikil pembangunan
Hidup serupa belatung
dialam masyarakat yang anti kebebasan
dan saat kebijakan ditekankan hanya lewat satu saluran
hukum membentuk wilayah belantara
Yaa Allah, tanganku
terkulai di atas bangku tak mencipta apa-apa
Kumuh dan sia-sia
Fana dan terlunta-lunta
Hatiku mendung tergulung cakrawala
Terguling tersandung-sandung ketidakberdayaan yang gamang
Pengangguran merajalela dalam hidupku
Dan di luar pintu tukang-tukang todong mengajak bersekutu
Aku berjalan ke pintu, Yaa Allah
dan di dapur api tak menyala
Astaga, berapa banyak lagi harapan harus disingkirkan
saat hidup harus dijalani tanpa biaya
Anak-anak tertidur untuk melupakan perutnya
karena tahu jika terbangun akan berbahaya
Ini sungguh-sungguh tak baik
dan bisa menjadi kanker bagi perkembangan jiwa
Namun tanganku, Yaa Allah
Lihatlah lagi tanganku sekali lagi terjungkal
Dan ketika terbuka menjadi terhina oleh janji-janji palsu
Juli, 2002
Gusblero Free :
UNTUK ANUKU
Ketika matamu menjadi mataku
Ketika tanganmu menjadi tanganku
Letika tubuhmu menjadi tubuhku
Pudar sudah segala dukaku
Ketika hatiku menjadi hatimu
Ketika hidupku menjadi hidupmu
Ketika segalaku menjadi segalamu
Padan sudah segala janjiku
Dirinai-rinai hujan kita berciuman
sewajar-wajarnya semurni-murninya
tanpa irama kecabulan
Kita sepakati, seperti sediakala
Cintaku cintamu adalah karunia takdir
bukan kerja bukan bisnis
juga bukan sekedar bagian dari proteksi sunyi
kehidupan seorang manusia
Ketika dukamu menjadi dukaku
Ketika lukamu menjadi lukaku
Ketika sakitmu menjadi sakitku
Tak pudar-puadar kita menyatu
Ketika perutku menjadi perutmu
Ketika rambutku menjadi rambutmu
Ketika anuku menjadi anumu
Jelas sudah segalaku mejadi segalamu
Di dingin angin malam kita melepas rindu
seutuh-utuhnya sejujur-jujurnya
senaif-naifnya
Didalam gulita cinta kita memancar
bagai bintang timur di pagi hari
Mengapung dalam dekapan
cinta yang tak pernah tidur
Dan sementara malam terus berjalan
kita mengigau tentang harapan
Padahal kita sama-sama tahu
hidup takkan pernah berjalan
hanya sekedar dalam igauan tentang harapan
Jadwal-jadwal yang telah kita susun
pun kita lindas dengan sepatu
Kita benahi pagi hari
dengan merobek-robek pakaian dalam
dan menjadikannya lap keringat
bagi debu pergulatan dikala hari
Yogya, April 1994
Gusblero Free :
TAMAN KOTA
Di taman kota ada kolam, sayangku
Di sanalah sering kulunaskan kesendirianku
Ngelinting tembakau murahan
Memandangi sepi, ditemani batu kali
ikan koki dan pohonan cemara
Dari balik kemegahan gedung plaza itu, sayangku
Rembulan dari utara senantiasa hadir
Benderang dan angkuh
Hatiku yang terbakar di padang kegelisahan
menyelinap di antara rumputan bakung
Mencari teman begadang penjual jagung
Sesekali aku bertanya-tanya dalam hati
Kenapa aku masih di sini?
Kenapa aku suka sekali di sini?
Hmm, suka?!
Ya, barangkali karena kunang-kunang yang selalu
berkerlap-kerlip berpendar di anganku
Seperti keberanianku yang selalu saja mati
untuk menjumpaimu di pagi hari
Aku tertegun
Tiga minggu sudah setiap malamku terdampar di sini
Terkungkung rindu di pusaran sangsi
Di taman kota itu ada kolam, sayangku
Di sebelahnya ada pohonan cemara,
bangku-bangku beton, rumput-rumputan dan batu kali
Di sanalah sering kutuliskan surat-suratku untukmu
Wonosobo, 1997
Gusblero Free :
SENJA SUDAH TURUN
Senja sudah turun
Di hamparan telaga yang biru
cinta memantulkan cahayanya
Angin menggeliat-liat
Di rimbun batang-batang pinus menampak bianglala
Aku tenggelam dalam kekaguman
memandangi lembut jajaran alismu
Mencari-cari apa dari dirimu
yang paling kucintai
Hidup begitu berat
Berkali-kali kutantang nasib
Hanya kamu yang aku menangkan
Senja sudah turun
Siluet sinar sunset yang jatuh di bahu
berpendaran di lingkar wajahmu
Senja yang sempurna
di dahan pohon angsana burung pipit menuju sarang
Angin menggeliat-liat
Di dalam kegundahan tubuhmu menggeliat
Saat itu kamu berkata,
Kenapakah aku kau biarkan kedinginan?
Cintaku yang cantik
Guratan-guratan nasibku yang unik
Hanya karena dirimu
Hidup ini harus aku menangkan
Senja sudah turun
Di puncak bukit langit berkerudung
Angin menggeliat-liat
Sementara kubersihkan guguran daun di rambutmu
Engkau hanya tersipu manja
ketika kuangkat dagumu
Gusblero Free :
MATA JALAK
Mata jalak mencincang-cincang hatiku seperti pepaya
Mata jalakmu di dalam hatiku
Mata jalak mencincang-cincang hatiku seperti banana
Mata jalakmu di dalam sukmaku
Dua gunung tinggi menjulang
dua gunung bergetar-getar
menggetarkan sendiku
Dua tubuh di balik selendang
dua tubuh terang benderang
menyilaukan mataku
Mata jalak selayang pandang
Mata jalak rindu berlenggang
mengincar hatiku
Mata jalak bercumbu-cumbu
Mata jalak di atas dipan
Mata jalakmu mata jalakku!
Des, 2004
Gusblero Free :
PEREMPUAN DARI GIYANTI
Perempuan membawa buntalan
Dari Bandung ia datang
Menuju kampung halaman ia kembali
Hari masih pagi
ketika bus memasuki kota
Di dalam kendaraan sesak penumpang
Malam diguyur hujan
Ia berlari-lari saat bus terhenti
menuju halte di pinggir terminal
Malam dinginnya menusuk kaki
Ia menoleh ke kanan kiri
Tak ada ruang
Banyak pejalan berteduh menunggu pagi
Ia menggosok-gosokkan pantatnya
mencari sisa bangku yang masih ada
di antara kaki gelandangan yang
mungkin tidur atau mungkin malah mati
Ia menaruh buntalan yang dibawanya
dan segera membuka kutangnya
ketika bayi dalam gendongannya
menangis meminta air susunya
Anak alam
bayi mungil yang dilupakan bapaknya
Perempuan itu mengelus-elus kepala anaknya
Matanya menerawang ke sudut remang
kota Bandung nan jauh
Ia merintih, namun segera tersadar
seseorang menyerobot dompetnya
Ia meraung dan berteriak
: Copeeett……!!!
Namaku Ratri,
anggrek liar dari dusun Giyanti.
Usiaku, entah berapa kulupa
Yang kutahu aku lahir di pagi hari
di tahun meletus PKI
Orang bercerita, saat aku lahir
burung-burung prenjak saling bernyanyi
dan anggrek di beranda tiba-tiba mekar
menyebarkan wangi
Ibuku mati, tak lama usai melahirkan
karena kehabisan darah
Aku menjerit keras-keras waktu itu
dan ayahku menangis mendengar teriakanku
Seluruh saudara-saudaraku menangis,
tetangga-tetanggaku menangis,
seisi kampung menangis
di hari kelahiranku
Usia tujuh bulan
kujejaki bumi yang fana ini
Aku menggelepar, bagai kepiting
terpontang-panting menggapai pijakan kaki
Tetangga-tetangga saling berebutan
untuk menjadi pengasuhku
O Ibu, engkau boleh berbangga
punya anak bak bidadari
Di tahun ketiga
di masa-masa suram revolusi
ayahku mati, karena tabrak lari
Sekali lagi aku menangis,
saudara-saudaraku menangis,
tetangga-tetanggaku menangis
melihat penderitaanku
Namaku Ratri,
anggrek liar dari dusun Giyanti
Orang tua angkatku keluarga sederhana
kebetulan masih famili
Ibu angkatku buka warung di pasar
dan ayah angkatku kepala Satpam
di sebuah perusahaan swasta
Umur tujuh tahun
aku masuk di bangku sekolah negeri
dan bila senja hari tiba aku belajar menari
di padepokan tari tradisional
yang ada di dusunku
maka apabila aku menari
semua orang akan terkesima
waktu bagai terhenti
larut dalam pandangan
terkesima gelaran mantra
Selasih, itulah tarian kesukaanku
Bila aku menari pawang gaib mengiringiku
Aku dan Selasih
Tiga tahun aku berlatih
Tiga tahun tanpa kenal letih
Hingga tibalah pentas pertamaku…
Di usia tiga belas
aku mulai mengenal cinta
Bagai bunga parak mekar
banyak lelaki berniat memiliki
Di atas pentas aku jadi primadona
Tak ada orang tak kenal namaku
Aku mejadi mega-mega yang menutupi cakrawala
hingga orang-orang tak bisa berpaling dariku
Aku menjadi mimpi ajaib
bagi banyak lelaki yang terpukau oleh kemolekanku
Namaku Ratri
Anggrek jelita dari dusun Giyanti
Banyak lelaki jatuh hati, namun
aku tak menanggapi
Umur sembilan belas aku kian menjadi-jadi
Bagai bunga mekar benar
orang-orang tak sabar lagi untuk memiliki
Tiba satu masa, aku pentas lagi
Tujuh kilo dari dusunku
bagi lurah yang baru menjabat lagi
Subrodento namanya
empat puluh tiga tahun usianya
Sedari awal aku menari ia terus memandangku
Matanya membara bagai pisau berbisa
Di masa-masa jeda pentas pertamaku
Jagabaya memanggilku
Ia bilang putra lurah ingin bertemu
Di belakang rumah
Di bale-bale dari anyaman bambu ia menungguku
Karto namanya, putra lurah yang pertama
Juragan sapi pekerjaannya
“Masuklah, Ratri.” Ucapnya
Astaga, mulut itu berbau naga
Kuambil kursi, namun
seorang centeng menyeretku
Lelaki-lelaki itu memegang kaki dan tanganku
Aku meronta, kutendang selangkangannya
Namun aku tak berdaya ketika mereka menyergapku
Aku berteriak :” Aakkk…!”
namun mereka segera menyumpal mulutku
…………………………..
Ya Tuhan, malam kelam bagai srigala
Mereka mempreteli pakaianku
Mereka memperkosaku
Aku dan Selasih
………………
bulan di atas langit
mengapung di tengah kolam
Dua belas bulan dari peristiwa itu
Aku kini telah di Bandung
Majikanku punya butik
Dengan banyak pegawai yang cantik-cantik
O ya, di sini aku bekerja sebagai pembantu
dengan gaji seratus ribu rupiah perminggu
Tujuh bulan aku bekerja di sini
dua kali sudah aborsi
Hidup menjadi tidak menarik
bagi perempuan cantik, namun miskin sepertiku
Malam-malam menjadi jahanam
selalu mengintai bagaikan senapan
bagi kesendirianku
Sunyi hidup aku mengerang
Hatiku getir memandang nasibku
Pengap dan sumpek
Kumuh dan berbau apek
Sial dan terpental-pental dari satu duka
menuju kenestapaan baru
Ya Tuhan, aku merindukan diriku yang dulu
Aku dan Selasih
Namaku Ratri
Anggrek liar dari dusun Giyanti
Dua puluh satu tahun usiaku
Perempuan muda tanpa daya
Pada suatu hari
seorang pejabat datang di tokoku
Ia memesan seragam yang banyak sekali
Aku terdiam di pojok, tubuhku gemetar
Ia menatapku berkali-kali
Seminggu dua minggu
Tiga minggu pesananpun jadi
Tiba saat mengantar, aku yang ditugasi
Ketika aku menolak, juraganku marah
“Ini tugas!” katanya
“Tapi…, Tuan.”
“Aku yang menentukan kamu harus berbuat apa!”
“Tapi…”
“Pergi!”
dingin sejuk di dalam gedung
matahari pendam di ruang merkuri
detak jam dinding terdengar seperti dengkur
lampu ruang berpijar setengah hati
setengah pejam setengah nyala
setengah menentramkan setengah menyeramkan
maka di sinilah aku kini
di dalam ruang yang penuh birokrasi
Aku terkesima, Ya Tuhan
Ia memberiku tip yang banyak sekali
yang diambilnya dari dompetnya sendiri
yang terbuat dari kulit buaya
Ia berkata :” Tak usah terburu-buru,
Aku tengah berpikir untuk memesan lagi.”
Maka aku hanya terdiam
ketika kemudian ia mengajakku melihat-lihat kolam,
memandangi lukisan dan menyalakan televisi
Bahkan entah kenapa aku tak berdaya
ketika kemudian ia mendekatiku
Memberiku segelas minuman
kemudian tiba-tiba memelukku
Aku melenguh, namun tak kuasa menolak kegairahan
yang muncul dari birahiku
Maka ketika kemudian kami masuk kamar
sudah tak jelas siapakah sebenarnya yang meminta
Aku, dia, ataukah nafsu kami bersama-sama
Sesudah peristiwa itu
kami mengulanginya berkali-kali
Di tempat-tempat yang berbeda
bahkan di sela-sela kunjungan kerja
Mimpiku nampaknya mulai berbunga
Di Bandung kini aku sudah tidak lagi bekerja
Aku sudah mempunyai rumah kontrakan pribadi
juga kendaraan yang selalu siap mengantarku kesana-kemari
Namaku Ratri
Anggrek liar, cantik dan bergengsi
Ketika kemudian pejabat itu dipecat karena korupsi
Aku sudah tidak perduli
Tiga bulan aku gentayangan
lalu jatuh cinta pada seorang lelaki tampan
Ia menjadi pangeran bagi keliaran mimpi masa silamku
kami mengeja hari-hari cinta
bagi nafsu sekuat raksasa
Perempuan yang gila karena cinta itu adalah aku
Perempuan yang dulu nista terlunta-lunta dan
berkali-kali diperkosa, namun kini telah berubah perkasa itu
adalah aku
………………………….
bulan redup tak memantul di air comberan
hatiku gugup tubuhku payah menahan kenestapaan
sempoyongan aku berjalan di atas aspal jalanan
Aku, pelacur yang hamil,
dan tak punya tujuan
Dua bulan semenjak berkenalan
lelaki itu merampokku, dan melemparkanku
ke rumah pelacuran
Aku menjerit aku marah
namun tak bisa berbuat apa-apa
Dua minggu berikutnya adalah neraka
Sampai ketika aku jatuh sakit
diperiksa Dokter, kemudian melarikan diri
Beruntung aku punya tampungan
teman baik semasa di butik
Ia memberiku tumpangan
sampai saat-saat aku melahirkan
Aku seorang ibu sekarang
Bunga Anggrek itu telah mati
Ya Tuhan, aku ingin pulang
Perempuan membawa buntalan
Dari Bandung ia datang
ke desa sunyi ia kembali
Ketika matahari pagi kemudian memancar
ia melihat senyum si jabang bayi
Ia kini telah tersadar
Ia harus hidup lagi !
Wonosobo, 1998
Gusblero Free :
GANG DELIMA 18
Tanggal 12 di bulan Juli
Tanpa janji tanpa basa-basi
Pada akhirnya kita bertemu
Langit agak mendung di sore itu
Dan juga tak pernah ada kata sepakat
Bahwa bulan akan terbit malam-malamnya
Seingatku ini yang ke empat kali
Aku datang kerumah kamu
Jalanan ramai, orang lalu-lalang
Tapi tak ada yang peduli bahwa aku mengangeni kamu
Maka inilah aku
Tak ada yang berubah, seperti juga matamu
Seperti juga mataku
Mata yang gagap, mata-mata yang gampang kikuk
Mata-mata yang suka mencuri mata
Hujan akan segera turun nampaknya, ucapmu
Aku mengangguk, dan tak mendengar apa-apa lagi
Di dadaku kamu lalu merebahkan kepala
Di dadamu aku menaruh mataku
Yogya, 1991
Gusblero Free :
APEL DI ATAS KALI
Sebutir nasi yang tersisa di atas sebungkus daun
diambil seorang ibu disuapkan kepada anaknya
ia tahu ia harus bersabar
di atas tungku kayu bakar yang kehabisan nyala
ia melihat panci gosong tak lagi menyimpan apa-apa
ia menerawang
di sudut-sudut kumuh rumah kardusnya
hari-hari masih akan sangat panjang bagi anaknya
ia tahu hatinya berdebar-debar
didekapkannya wajah anaknya di dadanya yang berdebu
dipandangi dan diusapnya berkali-kali
mungil dan menggetarkan
kotor dan mengibakan
seorang bocah kecil yang tidak boleh melihat semuanya
seorang anak yang tidak boleh tahu bapaknya telah mati
digebuki orang-orang kota karena mencuri sepiring nasi
Astaga! kemerdekaan macam apa ini
kemerdekaan tanpa pilihan
bukannya kemerdekaan untuk memilih merdeka atau mati
namun untuk keharusan memilih tunduk atau digusur
yang maknanya tetap saja sama harus tunduk untuk digusur-gusur
bayi-bayi yang terancam mati diselamatkan
namun lebih untuk meraih nobel bagi kemanusiaan
sesudah dewasa mereka dibiarkan mati di jalanan
demi menekan jumlah angka pengangguran
orang-orang kaya mengunci pintu dan memasang pagar berduri
agar bisa menghindar dari jaman yang mengandung infeksi
dan orang-orang suci merasa lebih mulia untuk megurung diri
mencukup-cukupkan sorga bagi dirinya sendiri
sebutir nasi yang tersisa di atas sebungkus daun
tidak mengenyangkan, apalagi bagi bayi yang kurang ASI
ibu muda itu meradang bayinya meronta-ronta
ia tahu ia harus berbuat sesuatu
samar sempat terpikir untuk membenamkan anaknya
dalam kubangan lumpur yang dalam
ia meraung, niatan itu diurungkannya
belingsatan ia memandang ke segala arah
lalu terkesima pada sepotong apel
mengambang di arus kali yang deras
perempuan itu tersenyum, ia melihat harapan
ia melihat pintu yang sangat terbuka agar ia dan anaknya
tidak akan merasa kelaparan lagi
ia melihat jalan yang sangat lapang agar hidupnya tidak lagi sunyi
porak poranda dan ditolak dunia
pelan ia melihat
wajah suaminya tersenyum
memanggil-manggil dari gubuk yang jauh
melambai-lambaikan tangannya siap merengkuh
perempuan itu tertawa untuk terakhir kalinya
kekuasaan hidup harus diatasi
dan ia tahu puncaknya
kemerdekaan terakhir di atas kali
[6/11/06]
Gusblero Free :
DI ATAS SERAYU
Di atas kali Serayu sambil membayangkan wajahmu
Aku melihat langit terhampar di pucuk angsana
Maka di sinilah aku akan menuliskan sajak-sajakku
Sajak dari lumut meranggas di batu-batu
Sajak dari pokok rebung meretas di akar bambu
Sajak-sajak dari gairahku menjujusi cintamu
Cinta yang bermula dari pertimbangan rasa
Dari apa yang kupercayai sebagai ning
Cinta yang dibakar dengan banyak godaan
Dengan apa yang kuyakini sebagai nong
Cinta yang lebur dalam tungku smaradahana
Dalam apa yang lalu kita hikmahi sebagai gung
Berkali-kali aku berfikir
Berkali-kali aku mengeja
Berkali-kali kita memecahkannya
Berkali-kali aku ning
Berkali-kali aku nong
Berkali-kali kita menge-gung-kannya
Berkali-kali kutak habis berfikir
Berkali-kali kutak habis mengeja
Berkali-kali kita tak habis-habis memecahkannya
Seperti yang terjadi kali ini
Di atas kali Serayu aku ning
Dengan kapal dari puisi kertas kukirimkan rasa nong-ku
Di manakah kamu kini, gung-ku?
Langit di alam merdeka
Dan aku bebas meraup cinta dari segala sumbernya
Tapi tidak dari mata airmu
Kamu adalah pawang bagi segenap gairahku
Kamu adalah nelayan bagi seluruh pelayaranku
Apa jadinya hidupku bila tidak segera kujumpai kamu
Angin mengalir
Kakiku menyentuh di dasar kali
Aku terkenang dalam dingin seperti inilah dulu kita bertemu
Di puncak Sindoro dalam kabut membekap tubuhmu
Dan aku harus berterima kasih kepada alam
Karena walau kamu juara matematika
Toh kamu tidak akan bisa mengendalikan cuaca
Dari alam yang ning
Kamu merapat di bahuku nong
Langit terbuka hatiku terbuka
Jiwa kita sama-sama terbuka
Dan kita gung di balik cakrawala
Dalam suasana he-ning
Kukecup keningmu yang no-nong
Dan tanganmu mencengkeram erat di pung-gung-ku
Cinta yang memancar
Seperti Serayu yang terus mengalir
Mencairkan kepenatanku
Menghadapi hidup yang tak gampang
Hanya kamu yang kupunya
Ya ya ya bersama kamu
Di atas kali Serayu ini cinta tidak pernah menjadi drama
Di atas batuan kali yang rebah bagai punggung pualam
Kita sering berbincang bagai telenovela
Alam yang he-ning
Keningmu yang no-nong
Sungguh panorama a-gung yang tiada terkira
Maka begitulah Serayu telah menjadi bagian-bagian dari hidupku
Bagian dari ruang menumpahkan rinduku
Bagian dari kesaksian hidupku menuntaskan kejenuhanku
Bagian dari ning bagian dari nong bagian dari gung-ku
Januari 2009
Gusblero Free :
PALESTINE’S SONG
Adakah bangsa-berbangsa di dunia ini yang tidak pantas memiliki Negara?
Adakah Negara-negara di dunia ini yang tidak pantas disebut Negara?
Sebuah Negara tidak layak menyebut dirinya rakyat adalah saya
Yang kemudian melegitimasi pembunuhan masal
untuk mengukuhkan kekuasaannya
Sebuah Negara adalah wilayah berdaulat yang secara
hukum internasional tetap diakui keberadaannya, pun walau
seribu badai halilintar mencoba mengaburkannya dari peta
Sebuah Negara adalah alamat yang hanya boleh dicatat
dalam hubungannya sebagai sesama manusia
Di Palestina begitu banyak orang-orang mengucapkan kata-kata Israel
Di Israel begitu banyak orang-orang menggumamkan kata-kata Palestina
Namun kita tahu semua kawan, pada akhirnya kita tahu semua
Itu bukan pembauran bangsa-berbangsa yang sempurna
Sejauh ini kita hanya mendengar ulasan berita perang
antara rakyat yang satu dengan rakyat lainnya
Lalu siapakah sebenarnya pemimpin Negara, dan dimanakah adanya?
Sejauh ini kita hanya mendengar koor lagu peduli
mendengung dari Negara yang satu dan Negara-negara lainnya
Lalu apakah fungsinya pemimpin antar negara, dan dimanakah adanya?
Sejauh ini kita hanya hidup di bilik doa, dan mempersenjatai diri dengan mempercayai semua itu sudah takdir adanya
Di Gaza begitu banyak rudal meluncur dari dubur pesawat dengan maklumat yang sangat jelas pesannya: untuk Israel!
Di Gaza begitu banyak orang hanya bisa melihat ke angkasa dengan wajah gosong memekikkan satu kata: untuk Palestina!
Di tanah Gaza kita tidak pernah perduli wajah siapa tersungkur ke haribaan bumi
untuk yang pertama dan seterusnya
Lalu siapakah sebenarnya yang tengah sakit di antara kita semua?
Israel, Palestina, para pemimpin dunia, atau justru kita semuanya
yang tidak pernah jelas mengingatkan pemimpin untuk bersikap tegas
mengatasi persoalan-persoalan dunia?
Adakah bangsa-berbangsa di dunia ini yang tidak pantas memiliki Negara?
Lalu apa artinya menjadi warga Negara dunia kalau kita juga tidak mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dalam perkumpulan warga dunia?
Di Israel kita tahu tak akan ada lagi penyesalan karena isak tangis sudah terkuras habis di tembok ratapan
Di Palestina kita tahu tak akan lagi ada orang meragukan kematian kecuali sebagai sakramen perjuangan
Di langit bunga api berpijar, di sudut-sudut dusun kilat nyala benderang
Namun kita semua tahu kawan, pada akhirnya kita semua tahu
Itu bukan perayaan bangsa-berbangsa seperti yang kita angankan
Pada akhirnya kita tahu ada bangsa yang merasa tidak cukup bisa
hidup pada sebidang tanah
Pada akhirnya kita tahu kawan, pada akhirnya kita tahu
Ada bangsa yang rela bertahan hidup hanya untuk sebidang tanah
Tak ada lagi matsnawi, tak ada lagi harum kayu cedar untuk merayakan hubungan insani dalam persaudaran dunia
Karena perang dan tehnologi adalah konsep, sedangkan hidup dan mati bukanlah kekuasaan manusia
Lalu untuk hal-hal seperti inikah kita layak memiliki Negara?
Untuk hal-hal seperti inikah Negara harus membentuk tentara?
Penonton boleh terhibur, pemimpin boleh tertidur,
namun rakyat harus perang selamanya
Pasukan tempur boleh gugur, negeri boleh hancur,
hanya pemimpin boleh ngelindur selama masih berkuasa
Maka jika memang hanya tidur atau gugur saja solusi dari semuanya
Ambil selempangmu kawan, mari ayunkan bersama
: Tidur tidurlah tidur, Israelku sayang
Tidur tidurlah tidur, Palestinaku sayang
Semarang, 14 Januari 2009
Gusblero Free :
LAGU PENGUNGSI
Di tanah-Mu yang begini luas
Dimana lagi aku harus mendirikan rumah, Tuhanku
Aku tidak membutuhkan tempat
Karena di manapun ruang adalah tempatku memuja-Mu
Tapi di mana lagi aku harus mendirikan rumah, Tuhanku
Tenda dan kemah-kemah barangkali cukup nyaman
Buatku berlindung dari panas dan guyur hujan
Tapi dimanakah anak-anakku harus menganyam masa depan
Ruang yang terang selengang tenda
Tidak memberikan tanda mana utara mana selatan
mana timur mana baratnya
Aku hanya takut mereka akan kehilangan arah, Tuhanku
Di tanah-Mu yang Maha Luas
Aku tidak melihat lagi hak-hak kecuali itu atas pertolongan-Mu
Aku takut, Tuhanku, aku gemetar
Anak-anak sudah tidak berani menangis lagi
Mereka tahu hidup bapaknya merangkak di selasar bumi
Tak kuasa, tak berani, gemetar mengharapkan belas kasih-Mu
Di tanah-Mu yang begini luas
Aku takut, Tuhanku
Kemana lagi aku harus menghadapkan wajah
Aku mengharap belas kasih-Mu
Wonosobo, 8 September 2009 Pkl.20.05
Gusblero Free :
HUJAN PERTAMA
Hujan pertama bulan ini sungguh mencemaskanku
Air melindas tonggak sepenggalah tenda
Dan wajah yang kurang tidur
Sia-sia membenamkan kaki dalam lumpur
Meregang menarik tali tenda tak bisa
Anak-anak berteriak, anak-anak menjerit
Menandingi hujan yang sama kerasnya
Aku berteriak, Tuhan jangan tinggalkan aku
Didalam hujan deru meniadakan air mata
Meludah darah laki-laki separuh baya
Menggigil tak tahu harus bagaimana
Karena mengapa tak tersisa
Dilindas tangis anak berpuluh-puluh
Beratus-ratus beribu-ribu
Menunggu Tuhan mengulurkan kasih-Nya
Wonosobo, 9/9/09
Gusblero Free :
MENUNGGU TUHAN
Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu
Hanya Tuhan berharap menampak pada hati yang lembut
Hati yang dermawan dan rela berbagi
Bencana rampung jeritan usai
Yang mati tinggallah mati
Yang hidup mau ngomong apalagi
Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu
Hanya Tuhan melangkah pada jejak-jejak
Kaki yang bersegera menjemput pilu
Tak ada yang bisa lebih dimiliki kecuali saudara
Tak ada yang lebih dihayati bahwa
Kita pun bisa mengalami nasib yang sama
Dan nasib duhai nasib
Setelah hujan reda tak ada lagi yang ditunggu
Kecuali Tuhan membawa nasib
Bagi harapan yang masih ada
Bagi berlalunya nasib mengurung semenjana
Wonosobo, 9/9/09