Hakikat Berdoa

berdoa

Di Sidratul Muntaha Kanjeng Nabi Muhammad SAW mendapatkan amanah perintah Allah  yang mewajibkan shalat lima puluh kali setiap harinya. Setelah itu beliau turun, dan bertemu lagi dengan Kanjeng Nabi Musa AS.

“Apa yang diwajibkan Rabb-mu kepada umatmu?” tanya Kanjeng Nabi Musa.

“Lima puluh kali shalat pada setiap hari.” jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

“Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakan shalat lima puluh kali sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelum engkau, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu.” saran Kanjeng Nabi Musa.

Maka Kanjeng Nabi Muhammad pun kembali untuk memohon keringanan yang dimaksudkan, dan Allah mengurangi sepuluh kali shalat. Ketika beliau kembali, ditanya lagi oleh Kanjeng Nabi Musa, “Apa yang diputuskan untukmu?” “Empat puluh kali shalat untuk setiap hari.” Jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

Sekali lagi Kanjeng Nabi Musa memberi saran, “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan empat puluh kali shalat sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”

Maka Kanjeng Nabi Muhammad pun kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali shalat lagi. Ketika beliau kembali, sekali lagi ditanya oleh Kanjeng Nabi Musa, “Apa yang diputuskan untukmu?” “Tiga puluh kali shalat untuk setiap harinya.” Jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

Lagi-lagi Kanjeng Nabi Musa berkata, “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan tiga puluh kali shalat sehari semalam, aku telah membuktikan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan itu.

Maka Kanjeng Nabi Muhammad pun kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali shalat lagi. Ketika beliau kembali, lagi-lagi ditanya oleh Kanjeng Nabi Musa, “Apa yang diputuskan untukmu?” “Dua puluh kali shalat setiap hari.” jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

Kanjeng Nabi Musa masih memberi masukan lagi, “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan dua puluh kali shalat sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”

Maka Kanjeng Nabi Muhammad pun kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali shalat lagi. Ketika beliau kembali, Kanjeng Nabi Musa bertanya, “Apa yang diputuskan untukmu?” “Sepuluh kali shalat setiap hari.” jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

Kanjeng Nabi Musa berkata, “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan sepuluh kali solat sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”

Maka Kanjeng Nabi Muhammad pun kembali untuk memohon keringanan itu, dan Allah mengurangi sepuluh kali shalat lagi. Ketika beliau kembali, Kanjeng Nabi Musa bertanya lagi, “Apa yang diputuskan untukmu?” “Lima kali shalat setiap hari.” jawab Kanjeng Nabi Muhammad.

Dan Kanjeng Nabi Musa masih berkata, “Sesungguhnya umatku masih belum mampu melaksanakan lima kali shalat sehari semalam, aku telah membuktikannya terhadap orang-orang sebelummu, dan aku merasakan betapa beratnya menghadapi Bani Israil. Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan untuk umatmu.”

Waktu itulah Kanjeng Nabi Muhammad menjawab, “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Rabb-ku, sehingga aku telah merasa malu. Aku memutuskan untuk menerima sepenuh hati lima kali shalat sehari semalam ini.” jelasnya.

Maka terdengarlah suara bergema, “Telah Aku tetapkan kewajiban hamba terhadap-Ku dan Aku ringankan beban dari hamba-hamba-Ku.”. [HR. Al-Bukhari]

Isra’ Mi’raj. Menurut saya bukan hanya menggambarkan peristiwa perjalanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW ketika dinaikkan ke langit ketujuh. Ada contoh yang sangat gamblang dan detil tentang pentingnya kita berdoa.

Hakikat doa adalah permohonan. Berdoa adalah memohon, dengan menghadap Allah. Sama seperti saat Kanjeng Nabi Muhammad menghadap Allah pada momen Mi’raj di atas untuk memohon keringanan, atau kurang lebihnya begitu.

Jika engkau tidak berdoa (memohon) kepada Allah bebanmu tetap lima puluh. Namun jika engkau mau berdoa (terus memohon), bukan tidak mungkin Allah akan mengurangi bebanmu hingga tinggal lima, hingga engkau akan malu sendiri untuk memintanya lagi dan lagi.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah wallahu akbar.

Wonosobo, 22 April 2014

Gusblero

Angelina Jordan

angelina jordan

 

Seorang gadis 7 tahun memukau para juri dengan lagu Gloomy Sunday milik Billy Holiday dalam ajang Norway’s Got Talent, hingga akhirnya menjuarainya.

 

Gadis cilik bersuara emas itu bernama Angelina Jordan. Selain menyanyi ia juga seorang penulis. Penampilannya sederhana dengan pakain yang tidak norak, rambut disisir seadanya, dan yang paling mencengangkan di setiap penampilannya tidak pernah mengenakan sepatu atau bahkan sandal. Pun begitu ia tetap terlihat cerdas.

 

Mengapa tidak memakai sepatu/sandal? Dalam buku “Mellom to Jherte” (terbit tahun 2015) yang ditulis atas dasar kisah nyata Angelina Jordan itu sendiri, ia mengatakan dirinya pernah pergi ke Iran dan bertemu dengan anak perempuan yang bisa dibilang miskin, lalu ia memberikan sepatu yang dikenakannya kepada anak miskin itu.

 

Sontak anak yang diberi sepatu itupun berterima kasih, dan sebagai balas budinya anak miskin itu berjanji akan selalu mendoakan Angelina semoga dimasa depan kehidupannya akan sukses. Untuk mengingat sahabatnya yang kurang beruntung itulah kemudian Angelina tidak pernah mengenakan alas kaki kala sedang tampil.

 

Siapa nyana dalam kontes Norway Got Talent Angelina Jordan pun kemudian mengalahkan seluruh peserta yang berumur jauh di atas umurnya dengan mengumandangkan lagu-lagu Jazz Clasic.

 

Apakah ia memakai sepatu/sandal selama penampilannya pada saat bersaing dalam kontes? Tidak, bahkan ketika ia di undang dalam salah satu acara Talkshow terkenal di Amerika Serikat “The View”.

 

Bagi penggemar musik Jazz Mainstream, maka matanya akan berlinang air mata mendengar bagaimana Angelina Jordan membawakan lagu-lagu Billy Holiday, Frank Sinatra, dan Dinah Washington.

 

Mo bukti? Pantengin videonya dimari: https://youtu.be/2da7N6ADm9s

 

LAPOR NDAN, INI MAIYAH

Emha2
Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) pendiri Maiyah Nusantara

 

LAPOR NDAN Maiyah Wonosobo sampun setaun. Jeneng sinau dereng wonten pintere, jeneng kangen dereng wonten mareme. Kangen Kanjeng Nabine, nyadhong rahmat Kang Maha Asihe.

 

Pada periode awal (jilid 1 dan 2) Maiyahan di Wonosobo digelar dengan menghadirkan seorang Kiai untuk membabarkan babakan agama. Temannya juga sudah ditentukan, dimaksud agar pak Kiai mantap ‘sangu’ materi. Liqo’an (likuk, lungguh mbulet, kupengan – bahasa Wonosobo) waktu itu dilakoni sekitar 30 orang hadir.

 

Periode jilid 3, 4 dan seterusnya sudah tidak menghadiran Kiai. Pertimbangan utamanya waktu itu dengan menghadirkan Kiai, teman-teman Maiyah keenakan dan lumayan kemanjaan dalam ngaji. Dipikirnya jalan meraih surga itu cukup niat ibadah dengan cara nebeng truknya pak Kiai. Datang, duduk, diam, dan malas berpikir.

 

Yang penting datang, surga sudah ada yang memikirkan, kira-kira begitu. Padahal kuncinya menjadi muslim itu harus bisa berpikir. Bukan hanya soal apa yang benar, namun juga memilih tindakan mana yang lebih menyelamatkan.

 

Orang lapar ya harus makan, itu benar. Tetapi apa yang harus dimakan itu menjadi ukuran pertama tentang keselamatan. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

 

Perlombaan dalam hal ngaji bebrayan ini, menurut saya, memang terlihat lebih efektif dan mematangkan ruh spiritual teman-teman. Masing-masing membawa bekal sendiri-sendiri dari rumah, untuk kemudian di-sharing, dikaji bersama dalam lingkaran kebersamaan.

 

Yang hadir bisa gonta-ganti, walaupun begitu jumlahnya hampir selalu sama, sekitar tiga puluhan. Hermawan Slamet Ahmad jadi komandannya, dibantu Farhan Sangkakala, Zuhud, Dedi, Huda, dan lainnya. Kadang-kadang dalam penyelenggaraan Maiyah juga dihadiri teman-teman dari DPRD Wonosobo, tokoh organisasi, dan ‘orang tidak biasa’ lainnya. Bukan masalah.

 

Paling menarik adalah sikap enjoy sekalian teman-teman Maiyah Wonosobo. Saya sendiri terkesima bagaimana Kafilah Syafa’at Lingkar Maiyah Wonosobo mampu terus berjalan, bahkan periode ini sudah genap setahun.

 

Setiap pertemuan selalu ada wedang kopi, teh, dan beberapa makanan kecil sebagai nyamikan. Tanpa ada iuran, dan entah dari siapa, yang penting ada. Jangan lihat nilai suguhan, tetapi cobalah renungkan hari ini masih ada sekelompok teman-teman muda yang bertemu rutin tiap tanggal 10 kalender nasional untuk sama-sama belajar agama. Apa itu tidak hebat?

 

Anda boleh tidak merasa apa-apa, saya sendiri masih terkesima. Shollu ‘ala Muhammad dan jabat erat buat semuanya!

 

Wonosobo, 9 April 2017

 

Gusblero

PEPELING ELING SANGKAN PARANING DUMADI

 

Eling dalam dimensi kearifan lokal (Jawa/Sunda) memiliki makna sangat dalam yang bukan sekadar ‘ingat’. Ingatan dalam kata ‘ingat’ yang dimaksud bukan semata misal ingat pacar, ingat rumah, ingat pekerjaan, atau pun ingat sesuatu lainnya. itu semua nilainya pasif.

 

Hakikat ‘eling’ secara spiritual adalah kesadaran ruhaniyah yang membawa manusia pada pemahaman kondisi diri darimana ia berasal (sangkan) dan hendak kemana sesungguhnya arah hidup menuju (paraning dumadi). Man anta wa liman anta.

 

Dalam konsepsi agama samawi, kondisi ‘eling’ menjadi bidayah (pembuka) hadirnya hidayah (rahmat) Tuhan Semesta Alam. Bahkan berulangkali dalam Al Qur’an disebutkan ‘udzkuru’, ingatlah kamu, ingatlah ketika, ingatlah bahwa, dan sebagainya. Semua itu merujuk pada kondisi manusia untuk melakukan tindakan aktif mengambil hikmah dari gambaran kejadian yang pernah ada agar tidak terjerumus dalam kesesatan yang serupa.

 

Paraluhur kita juga tidak kurang-kurangnya mengingatkan ihwal ‘eling’ ini. Entah dalam bentuk mocopat atau pun juga dalam beragam tembang daerah semisal Lir-Ilir, Gundul-Gudul Pacul, Menthok-Menthok, dan sebagainya. Agak mengherankan juga tembang-tembang yang kalau dikupas isinya bertabur petuah hidup itu kita mengenalnya hari ini hanya sebagai tembang dolanan tak lebih.

 

Cerita tentang cah angon (gembala), pitik (ayam), menthok (Entok), jaran (kuda), jamur, kupu, sebenarnya bukan hanya gambaran denotatif yang sebatas kandungan kata (benda) tersebut. Kata ‘makan’ yang bukan semata ‘memasukkan’ sesuatu ke dalam mulut, namun juga ‘mencerna’ dengan pikiran dan ‘merasakannya’ dengan hati.

 

Ini sama halnya dengan perintah pertama yang diterima oleh Kanjeng Nabi. Kata ‘iqra’’ dalam peristiwa turunnya wahyu ini tidak bisa dimaknai sebagai ‘membaca’ atau ‘mengeja’ sesuatu semata. La sautin wala harfun, disebabkan tidak ada huruf tidak ada suara, secara verbal bisa dikatakan apa yang harus dibaca?

 

Begitulah Kitabullah diturunkan bukan hanya mengisahkan kejadian yang telah lampau. Bukan hanya mendiskripsikan kondisi keduniawian dan jagat semesta secara presisi dan aktual. Namun bahkan juga mewartakan kehidupan mendatang paska jasad manusia menjadi renik abu untuk kemudian resurrection dibangkitkan kembali untuk melihat apa yang telah diperbuatnya.

 

Dan begitu pulalah kata ‘eling’ berkali-kali dan berulangkali terus diulang dalam Al Qur’an agar manusia menjadi waspada dan tidak terjebak sikap grusa-grusu, tindakan gegabah yang menyamarkan kesombongan sebagai sebuah kebenaran, atau hilangnya kesadaran lainnya.

 

Di titik ini kita akan belajar memahat di batu untuk segenap kebaikan yang dilakukan orang lain sebagai syiar tentang kemaslahatan, dan untuk apapun kebaikan yang pernah kita lakukan biarlah hanya bumi yang bersaksi bahwa kita tidaklah pernah berlaku sombong sepanjang hidup dan berjalan di atasnya.

 

Wonosobo, 4 April 2017

 

Gusblero Free

 

Catatan : tulisan ini sebagai pengantar penyelenggaraan jilid tiga belas KAFILAH SYAFA’AT Lingkar Maiyah Wonosobo, Senin Kliwon 10 April 2017, Pukul 20.00 WIB – Selesai, di Kampus UNSIQ Kalibeber Wonosobo.

Extended Play PENYIHIR©Gusblero

Soft promo, senyampang menunggu selesai produksi…

EXTENDED PLAY mini album PENYIHIR©Gusblero, 2017. #Bulbul #Penyihir #IjinkanAku #HidupBagaiRoda #HanyaCintaKupunya. Bonus Track Minus One #Bulbul #IjinkanAku

 

AVM Studio pre mastering album, Produced Manyarkesit, Distributed by Kafilah Syafa’at .

 

All songs©Gusblero, Executive Producer: Aryadi, Mixing: Utok Aeruto, Cover Design: Sindoe, Music Director: Utok Aeruto, Henky Prasetyo (Electric Guitar), Isa Maulana Tantra (Acoustic Guitar), Chandra Dany (Violin), Bondet Sri Widodo (Violin), Utok Aeruto (All VSTI).

 

NOTE: segenap teman yang berkenan membantu promo/ agen penjualan mohon berkenan menghubungi vis inbox, email, WA, atau CP. Terima kasih sebelumnya.