Puasa Ramadhan 2016 kali ini adalah ‘puasa ndilalah’ yang memunculkan puji syukur wal hamdulillah untuk golongan anti sektarian seperti mang Syarif. Faktor ‘ndilalah’nya adalah awal puasa bisa dijalani bareng-bareng, sehingga tidak perlulah ada warga muslim saling lirik-lirikan lagi ‘o kae Muhammadiyah, o kae NU’ dan lain sebagainya.
Puasa Ramadhan kali ini, bisa jadi juga merupakan waktu puasa paling enak untuk masyarakat borju sekelas Farhan. Paling enak diakali, paling enak dilakoni. Pasalnya puasa kali ini nyaris berbarengan dengan waktu dilangsungkannya kejuaraan sepak bola Piala Eropa yang akan berlangsung mulai tanggal 10 Juni hingga 10 Juli di Perancis.
Enak. Cukup puasa ‘yo puoso nggo ngajen-ngajeni’ diawal Ramadhan, terus beli tiket pesawat ke Perancis, lalu absahlah dia untuk boleh meninggalkan puasa disebabkan statusnya sebagai musafir. Hahahahaha, sudrun. Benarkah demikian? Coba kita sandingkan dengan argumentasi berikut ini.
Robin Van Persie. Siapa yang tidak mengenali pemain yang satu ini. Pemain mualaf dari Belanda ini adalah sosok pemain yang luar biasa dan patut dibanggakan oleh umat Muslim. Banyak beredar isu yang menyebutkan bahwa meskipun ia menikahi seorang Muslimah, ia tidak masuk Islam.
Saat dia diwawancarai oleh media Inggris, ia berkata, “Itu tidak benar. Saya bukan seorang Muslim, bukan pula seorang Kristen, dan bukan juga seorang Yahudi. Jika Anda ingin menjadi seorang Muslim, itu harus datang dari hati,” dilansir laman robinvanpersienews.blogspot.
Oleh karena itu, mungkin sampai saat ini dirinya belum siap untuk sepenuhnya masuk Islam. Ia tak ingin masuk Islam hanya karena menikahi seorang Muslimah. Meski begitu, banyak orang yang menilai perkataan itu hanyalah sekadar menutup-nutupi bahwa dirinya sebenarnya memang mualaf.
Berikutnya, Frederic Kanoute. Jika banyak pemain yang memilih untuk tidak berpuasa saat Ramadhan, tidak begitu dengan Freddie Kanoute. Pemain yang lama membela klub La Liga, Sevilla, itu mengaku sebisa mungkin menjalankan kewajibannya tersebut.
“Saya coba menghormati kepercayaanku dan mengikutinya sebaik mungkin. Secara personal, kepercayaan saya membuat badan dan permainan saya sehat. Saya tahu kalau berpuasa menambah kekuatan dan tidak melemahkan seorang Muslim,” ujar Kanoute yang dikutip oleh BBC beberapa waktu lalu.
Ia juga mengungkapkan banyak pesepakbola tidak mau ditanya soal kewajibannya menjalankan ibadah puasa karena merasa itu adalah kepercayaan antara dirinya dengan Sang Pencipta.
Senada dengan Robin Van Persie dan Frederic konoute, pemain bola Kolo Toure juga menyatakan, akan tetap berpuasa meski harus bertanding saat Ramadhan. Baginya, puasa bisa tetap dijalankan meski harus bermain bola dalam kompetisi yang ketat.
“Dengan puasa Anda membersihkan tubuh Anda juga dan Anda merasa lebih kuat setelah Ramadhan. Saya pikir itu menakjubkan, bagaimana Ramadhan dapat membuat Anda benar-benar kuat,” ujar pemain timnas Pantai Gading itu.
Dalam kesempatan yang lain, striker Demba Ba yang selalu merayakan golnya dengan cara bersujud di lapangan mengatakan, “Agamaku adalah hal terpenting dalam hidup ini. Ya, Islam jauh lebih penting dari sepak bola,” tutur sang pemain kepada BBC.
Puasa dan sepak bola, dalam terminologi spartan yang menganut gaya hidup yang menuntut untuk selalu aktif dan sehat barangkali benar nyaris susah untuk disatukan. Namun fakta, bahwa beberapa pemain sepak bola bisa memperlihatkan tindakan hebat walau dalam kondisi berpuasa jelas juga menunjukkan, bahwa esensi spartan itu adalah sifat gagah-berani, tangguh, tak kenal menyerah, disiplin ketat, yakin dan percaya diri.
Ini tentu saja menjadi sebuah anomali besar, jika di sebuah negeri dengan pemeluk muslim terbesar sedunia, alih-alih untuk ngotot bagaimana caranya agar tetap bisa melangsungkan peribadatan, orang justru mencari alibi untuk mencari-cari dan mengakali ibadah dengan cara mudah.
Baru juga pergi dari Jogja ke Jakarta, itu juga pake naik pesawat, ‘isih dalam negeri tur yo mung pirang wektu’, lha kok gampang saja memaklumatkan diri sebagai musafir. Lhah klo sudah begini, kapan juga kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri?
Wonosobo, 6 Juni 2016
Gusblero Free
Catatan : tulisan ini sebagai pengantar penyelenggaraan jilid tiga KAFILAH SYAFA’AT Lingkar Maiyah Wonosobo, Jumat Legi 10 Juni 2016, Pukul 20.00 WIB – selesai, di Warung Esem (Suara Merdeka) Jl. Veteran 31 Sudagaran Wonosobo.