Lakukan Bagianmu, dan Biarkan Allah Mengurus Lainnya

gusblero - soul of dieng1
Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya

Suatu ketika Imam Malik menyampaikan dalam majlis: “Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu,  selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”

 

Terhadap hal yang demikian, Imam Syafi’i, sang murid punya pendapat lain. Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.

 

Masing-masing bertahan pada pendapatnya. Hingga pada suatu hari saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafi’i melihat serombongan orang tengah memanen anggur, dan iapun lalu membantunya. Tatkala pekerjaan itu selesai, Imam Syafi’i mendapatkan imbalan beberapa ikat anggur sebagai balasan jasa kebaikannya.

 

Imam Syafi’i girang sekali. Bukan semata karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Jika seandainya ia tak membantu memanen, niscaya ia tak akan mendapatkan anggur.

 

Bergegas ia segera menjumpai gurunya. Lalu sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, ia pun menceritakan kisah yang terjadi. Imam Syafi’i sedikit mengeraskan pada bagian kalimat “seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”

 

Mendengar itu Imam Malik tersenyum seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berkata: “Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa  menikmati anggur. Lalu tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa  ikat anggur untukku.

 

Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”

 

Kedua orang guru murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab yang mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.

Gusblero, 31 Mei 2018

Jika Kukatakan Takut Kepadamu, Cukupkah Ini Meredakan Hatimu?

gusblero - kaf

 

Jika ada yang bertanya apakah saya takut pada terorism, jujur saya akan bilang: Ya, saya takut. Saya takut seandainya engkau sudah tidak tahu lagi siapa kawanmu siapa saudaramu siapa keluargamu, saya takut engkau tidak lagi mengingat negerimu, saya takut engkau tidak mendengar lagi suara-suara di sekelilingmu, saya takut bahkan engkau sudah tidak mengenal lagi siapa dirimu sendiri.

 

Kematian adalah keniscayaan bagi yang hidup, tetapi keimanan memiliki jalannya sendiri-sendiri. Kebaikan dalam hidup memiliki jalannya sendiri-sendiri. Bahkan seandainya engkau meyakini kematian sebagai sempurnanya perjuangan, tetap saja tidak adil engkau menempuhkan pilihan itu pada yang tengah merintis hidup.

 

Apakah engkau keberatan hidup di dunia di bumi mana Allah telah menurunkanmu? Jika ini sebuah jihad, bagaimana mungkin engkau merasa berhak merumuskan takdirmu sendiri? Gunung mana memberatimu hingga engkau tersungkur dalam liang yang menyempitkanmu. Engkau boleh berhitung, tetapi sesungguhnya Allah sendirilah Yang Maha Menghitung.

 

Engkau boleh mengarahkan pandangan matamu kepada perang sebagai ladang jihadmu, tetapi akan kemana kau hadapkan wajah di hadapan Nabimu saat engkau bawa serta istri dan anak-anakmu. Engkau berbaiat untuk mengikuti sunahnya, dengan sekaligus melanggar larangannya. Akan kemana engkau hadapkan wajahmu?

 

Nabi telah mengajarkan bagaimana kita memohon kelapangan dalam hidup, kelapangan di alam kubur, dan digolongkan dengan hamba-hamba yang dipenuhi kelapangan. Hidup yang tak diberati dan memberati apa-apa, mati yang tak diberati dan memberati apa-apa, dan kelak dikumpulkan dengan golongan yang tidak diberati dan memberati apa-apa.

 

Namun engkau terlalu berat memandang hidup, dan memberati kematian sebagai satu-satunya pintu jalan keluarmu. Lalu engkau melihat pahala sebagai pialamu, dan engkau merasa memanggul amal yang tak engkau sadari justru akan memberatimu. Ketika tak satupun perbuatan kita akan terhitung kecuali atas ridhlo-Nya. Ketika tak satupun amal akan diterima kecuali atas kehendak-Nya.

 

Astaghfirullahal Adzhim laa ilaha illa Anta Subhanaka inni kuntu minadhdholimin.

 

Gusblero, 14 Mei 2018