PENTAS TANPA ATAP

Dokumentasi Event Solidaritas Masyarakat Peduli Pasar

 

wonosobo ekspres1
Liputan Harian Wonosobo Ekspres

NAMA, WAKTU & TEMPAT KEGIATAN:

 

Nama Kegiatan           : Solidaritas Masyarakat Peduli Pasar.

Jenis Kegiatan             : Atraksi Seni Budaya & Doa Bersama.

Tanggal                       : Selasa, 23 Juli 2019.

Waktu                         : Pukul 09.00 – 13.00 WIB.

Tempat                        : Lahan kosong bakal dibangun pasar.

Sifat                            : Non Komersil, Terbuka untuk umum.

 

 

 

 

RUNDOWN KEGIATAN:

 

07.00 WIB                  – Persiapan Kegiatan

08.00 – 11.00 WIB     – Pentas Kesenian (on location)

09.00 – 11.00 WIB     – Ramah Tamah dengan Pedagang Pasar

11.31 – 12.45 WIB     – Fun Games (Doorprize)

12.46 – 12.50 WIB     – Doa Bersama

13.00 WIB                  – Penutupan Kegiatan

Link Video: https://youtu.be/ujo3kd50-N4

 

Solidaritas Masyarakat Peduli Pasar

SOLIDARITAS BUDAYA UNTUK PEMBANGUNAN PASAR INDUK

 

poster pasar

PENDAHULUAN

 

 

Tahun 2019 ini Kabupaten Wonosobo merayakan Hari Jadinya yang ke 194. Kita bersyukur bahwa sejauh ini Allah Tuhan Yang Maha Kuasa telah melimpahi kita dengan banyak keberkahan hasil bumi yang baik, pariwisata yang terus berkembang, situasi aman dan lintas sosial penuh harmoni.

 

Akan tetapi berada di jantung kota hari ini masih terdapat kondisi yang memprihatinkan yaitu belum juga dibangunnya kembali Pasar Induk Wonosobo. Padahal ini adalah juga sebuah ruang dimana ekonomi masyarakat tumbuh untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

 

Menyadari bahwa sebuah perayaan Hari Jadi harusnya adalah wujud kegembiraan bersama, rasanya tak layak jika kita membiarkan kondisi ini begitu saja. Satu sisi kita menyalakan kembang api dengan begitu hingarnya, disisi yang lain ada keprihatinan berlarut tanpa ada ujungnya.

 

Atas dasar solidaritas kepedulian inilah gagasan kegiatan ini lahir. 194 tahun sesudah berdirinya Kabupaten Wonosobo masih ada pekerjaan rumah di depan mata yang hingga sejauh ini belum juga terselesaikan: pembangunan kembali Pasar Induk Wonosobo.

 

 

 

 

MAKSUD & TUJUAN:

 

  • Merayakan Hari Jadi Wonosobo ke-194.
  • Memberikan hiburan pada masyarakat pasar.
  • Mendorong segera dimulainya pembangunan kembali Pasar Induk Wonosobo.

 

 

 

 

NAMA, WAKTU & TEMPAT KEGIATAN:

 

Nama Kegiatan           : Solidaritas Masyarakat Peduli Pasar.

Jenis Kegiatan             : Pawai, Atraksi Seni Budaya & Doa Bersama.

Tanggal                         : Selasa, 23 Juli 2019.

Waktu                           : Pukul 09.00 WIB – Selesai.

Tempat                          : Lahan kosong bakal dibangun pasar.

Sifat                               : Non Komersil.

Estimasi Peserta          : 200 orang.

Undangan                   : Forkopimda, Tokoh Masyarakat, PPIW.

 

 

 

 

RUNDOWN KEGIATAN:

 

07.00 WIB                  – Persiapan Kegiatan

08.00 – 11.00 WIB     – Pentas Kesenian (on location)

09.00 – 11.00 WIB     – Pawai Budaya (dari Alun-alun menuju pasar)

11.01 – 11.30 WIB     – Pembukaan

                                    – Pengantar dari Ketua Panitia

– Sambutan perwakilan pedagang pasar (PPIW)

– Sambutan Bupati Wonosobo

11.31 – 12.45 WIB     – Dialog Warga dipandu Tokoh Masyarakat/ Ulama

12.46 – 12.50 WIB     – Doa Bersama

13.00 WIB                  – Penutupan Kegiatan

 

 

 

SUMBER ANGGARAN:

 

  • Sumbangan Serkiler (Partisipasi)

 

 

PENUTUP

 

Demikian proposal solidaritas ini disusun dalam rangka ikut memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo ke-194 yang peka sosial. Atas segala bentuk perhatian dan kerjasamanya diucapkan banyak terima kasih.

 

Wonosobo, 18 Juli 2019

 

 

 

LEMBAGA KEBUDAYAAN MASYARAKAT

UNTUK SOLIDARITAS PEDULI PASAR

 

Ketua,                                                                                                             Sekretaris,

 

 

 

 

 

Gusblero                                                                                            Haqqi El Ansharry

 

PASAR INDUK WONOSOBO

Kajian Spiritual Budaya dan Bina lingkungan Rencana Pembangunan Pasar Induk Wonosobo

 

ABSTRAKSI

 

Pasar induk Wonosobo letaknya tak jauh dari alun-alun dan pendopo Bupati. Letaknya yang di depan mata itu filosofinya adalah Bupati sebagai kepala pemerintahan di daerah akan selalu bisa memantau kegiatan masyarakatnya.

 

Dengan begitu, pasar bukan hanya aset berharga daerah dari sisi ekonomi. Tetapi dari sisi jagat kosmos ia menjadi gambaran dinamis ruang tumbuh masyarakat secara umum di daerah.

 

Kebakaran Pasar Induk Wonosobo terjadi pada tahun 1994, 2004, dan 2014 (terjadi momen berulang tiap 10 tahun). Secara kebetulan tiga kali kebakaran pasar itu terjadi pada tahun-tahun menjelang berlangsungnya peristiwa politik (Pilkada). Bagaimana dengan tahun 2024 akan datang?

 

Melihat kurva 10 tahunan itu, tentunya wajar jika ada beberapa pendapat mengambil kesimpulan itu bukan persoalan kebetulan semata. Dan oleh karena hal yang demikianlah, penataan pembangunan Pasar Induk Wonosobo harus disusun melalui konsep pembangunan komprehensif.

 

Makna pembangunan komprehensif adalah pembangunan pasar tidak semata mengusung wujud pembangunan secara fisik (aspek material), namun juga mempertimbangkan dimensi psikologi (aspek spiritual), dan juga kultur rancang bangun (aspek budaya).

 

pasar wonosobo
Lokasi Pembangunan Pasar

 

PENDAHULUAN

 

Setelah kegagalan dalam mengawali pembangunan kembali tahun 2017, tahun ini Pemkab Wonosobo fokus dalam melakukan percepatan pembangunan Pasar Induk Wonosobo dengan menggandeng Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

 

Rapat Koordinasi dengan LKPP di Ruang Kertonegoro Setda telah dilakukan dengan membentuk Tim Percepatan Pembangunan Pasar Induk, pada hari  Selasa (7/5/2019). Harapannya pembangunan sudah akan bisa dimulai pada bulan Juli atau Agustus 2019.

 

Sebagai bentuk keseriusan lain Pemkab juga telah menyiapkan anggaran sejumlah 125 Miliar dengan mekanisme Penunjukan Langsung. Ini dimaksudkan agar proses pembangunan kembali Pasar Induk Wonosobo tidak lagi memakan waktu begitu lama.

 

 

KAJIAN KOSMOS PEMBANGUNAN PASAR

 

Rentetan peristiwa sudah berkali-kali menimpa Pasar Induk Wonosobo.

Lepas dari segala kerugian yang kemudian muncul, secara teori ragam kejadian itu merupakan konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia.

Tidak sedikit pakar yang mencari solusi dan strategi mengatasi kerusakan pasar, tapi sayangnya tidak banyak yang mengungkap hakikat dan subtansi transendental kosmos di balik tragedi yang kemungkinan menimpa.

 

Kosmologi merupakan pendekatan struktur dan sejarah alam atau ruang tumbuh. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan karakter dan evolusi dari suatu subyek.

 

Dalam Islam, makna spiritual dari kosmologi adalah pengetahuan tentang kosmos yang dapat memahami keburaman realitas menjadi transparan. Tujuannya agar manusia memahami kaidah-kaidah substansial sebuah subyek.

 

Perilaku kosmologi tersebut sangat erat dalam kehidupan masyarakat masa lampau atau biasa disebut dengan masyarakat tradisional. Bahkan hampir semua struktur kehidupan menjadikan alam sebagai perwujudan refleksitas antara manusia dan alam.

 

Sebagai contoh, sebelum memanjat pohon kelapa seorang pemanjat harus meminum air kelapa, sebelum melaut seorang nelayan harus meminum seteguk air laut. Perilaku tersebut didasari dengan suatu prinsip bahwa keselamatan manusia tergantung dari refleksitasnya terhadap alam.

 

Dalam tindakan ini tidak berarti kita kembali pada perilaku dan kepercyaan primitif, namun mengarah pada pengetahuan yang bersifat ontologis. Agar manusia mampu mengungkap rahasia dan mistifikasi peristiwa yang seolah-olah terjadi secara kontinyu pada sebuah tempat dari waktu ke waktu.

 

pasar wonosobo1
Pasar Penampungan hari ini

 

ASPEK SPIRITUAL PEMBANGUNAN PASAR

 

Dalam kultur masyarakat Jawa aspek spiritual menempati posisi penting sebagaimana etika saat hendak mengerjakan sesuatu. Konsepsi bina lingkungan harus dilebarkan menjadi semangat bersama untuk mengawal pembangunan itu sendiri.

 

Dalam konsep pembangunan bersama yang mana Pemkab dan masyarakat merasa saling memiliki bisa diawali dengan prosesi “Selamatan” untuk memohon agar pembangunan bisa berjalan lancar dan sukses sesuai yang diharapkan.

 

Proses di atas untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai ruang mediasi, agar seluruh keinginan dan harapan bisa disatukan hingga dikemudian hari tidak timbul persoalan lagi.

 

Pemkab misalnya, bisa menghadirkan tokoh agama atau tokoh masyarakat untuk memediasi dialog ini. Masyarakat juga berhak mengutarakan apa saja terkait keinginan mereka sebagai warga pasar.

 

Semangat dari dialog ini adalah untuk menemukan titik temu agar selanjutnya baik Pemkab maupun masyarakat bisa tumbuh ‘sense of belonging, rasa handarbeni’ akan pembangunan itu sendiri.

 

Semua boleh ngomong, tetapi harus selesai saat itu juga. Setelah itu apapun hasil kemufakatan harus ditaati sebagai satu bentuk komitmen yang memiliki nilai dan konsekuensi.

 

pasar wonosobo4
Pasar Wonosobo jaman dulu

 

PEMBERIAN NAMA PASAR

 

Sudah disinggung di atas, konsep sebuah pembangunan hendaknya jangan hanya mengusung aspek material semata, namun juga aspek spiritual. Wilayah tanpa nama, pasar tak bernama, akan rentan menjadi tempat transit mahluk tak tentu rimba.

 

Tidak berbeda dengan kehidupan secara umum. Antropologi budaya tentang pasar juga mengenal bentuk bagaimana menangani kondisi yang berulang tak beraturan. Ibarat anak yang banyak rewel, prosesi ruwatan pun kemudian dilakukan.

 

Dalam konteks ini, selain arsitektur yang menggambarkan budaya, barangkali Pemkab bisa juga menyiapkan pemberian nama bagi Pasar Induk Wonosobo. Sebuah nama yang akan memberi semangat baru bagi masyarakat Wonosobo secara umum.

 

Nama yang memberi sugesti keyakinan masyarakat dalam usaha. Nama yang memberi kenyamanan dalam lintas transaksi dan segala upaya. Nama wingit, yang mengusir elemen buruk, hingga masyarakat pasar dan konsumen akan terjaga dari hal-hal jahat, baik yang nampak maupun tak kasat mata.

 

Pembahasan tentang nama ini tidak harus merujuk pada keberadaan legenda, yang utama adalah harapan akan kesejahteraan. Nama-nama seperti Kaladethe misalnya, akan terkesan mistis dan menakutkan. Berbeda hal misal dengan nama Sami Rejo. Ada gambaran kesejahteraan bersama bisa diraih di sana.

 

Apapun nama nantinya Pemkab hematnya pasti bisa menemukan. Sebab bukankah itu juga tugas utama Pemkab dalam menjalankan roda kehidupan pasar? Menyelaraskan seluruh harmoni dan menjaga kelangsungan dalam segala aspek usaha.

 

Sebab lagi, dunia pasar memang tak seharusnya berjalan sendiri dan terbengkelaikan begitu saja. Mengingat resource potensi ekonomi yang berputar juga tak sedikit, terobosan dalam mengelola bersama potensi itu tentu akan indah jika bisa dilakukan.

 

Bayangkan jika 2000 saja misalnya pedagang aktif di pasar hari ini bisa dikoordinir menyisihkan masing-masing Rp. 2000/hari lalu dikumpulkan, maka bisa kita dapatkan 2000x Rp. 2000 = Rp. 4.000.000/hari.

 

Untuk apa? Sebagai bentuk arisan. Tiap hari diundi untuk 4 pemenang yang masing-masing bisa mendapatkan @Rp.1.000.000 untuk subsidi silang. Baik yang bakul kembang, bakul dandang, bakul sandang, semua bisa berharap rejeki tiban yang dihimpun dari solidaritas kebersamaan. Dan ini semua bisa disebut Bina Lingkungan.

 

Jadi, ra usah kesusu dalam melakukan sesuatu. Petung itu penting. Keselamatan lebih utama. Bukankah keinginan kita membangun sesuatu yang bisa bertahan lama, jangka panjang. Pikirkan yang penting, yang bukan semata kepentingan. Dengan begitu kita lepas dari segala tekanan entah politik, kapitalis orientalism, dan lain sebagainya.

 

 

Wonosobo, 28 Juni 2019

 

Gusblero Free