Festival Giriseba Segera Digelar

festival giriseba IG
SINGANYA SUDAH JINAK monggo bagi yang hendak ikut berpartisipasi

 

Wonosobo, 11 – 12 Desember 2018

 

ABSTRAKSI

 

Wonosobo adalah kalitan (pendopo kecil) dari kerajaan Mataram (bahkan jauh sebelum terpecah menjadi dua bagian Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta). Kedudukan ini bisa ditelisik dari betapa banyaknya tokoh-tokoh yang berasal dari kerajaan Mataram bermukim dan ikut terlibat serta mewarnai proses kelahiran Wonosobo hingga sebagai sebuah wilayah Kabupaten saat ini.

 

Keberadaan tokoh Tumenggung Selomanik, Tumenggung Jogonegoro, dan beberapa tokoh lain hanyalah sebuah ilustrasi kecil. Sejarah mencatat Ki Ageng Wonosobo, putra dari Raden Bondan Kejawen dan cucu dari Raja Brawijaya V sendirilah yang kemudian melahirkan raja-raja Mataram. Imajinasi kesejarahan inilah yang kemudian mendasari lahirnya Festival Giriseba.

 

Festival Giriseba digagas sebagai sebuah penyelenggaraan kebudayaan yang memiliki heritage spiritual (nilai-nilai kearifan lokal) untuk menegaskan jati diri kebudayaan Wonosobo yang sesungguhnya. Poros Giriseba (sinonim Wonosobo – bahasa Jawa Halus) dengan kerajaan Mataram. Penegasan posisi ini penting, utamanya agar konsep kebudayaan memiliki bentuk yang jelas, hingga tak gampang dipengaruhi gelombang new wave (arus kebudayaan baru) yang membuat ragam kebudayaan kita yang adiluhung kehilangan originalitasnya.

 

 

BENTUK KEGIATAN & OUTPUT

 

  • Wedhatama. Dalam acara ini kita akan mengundang pihak dari Kasultanan atau Kasunanan untuk wedhar sabda (memberikan petuah) tentang laku utama sebagai manusia (al insan kamil).
  • Pengajian Budaya. Judul ini juga penting, karena hari ini ramai orang gampang tersulut pada makna bid’ah (mengada-adakan) yang tidak memberikan toleransi pada sintegritas agama dan budaya. Padahal sangat jelas wahyu bukan saja melahirkan budaya-budaya yang immaterial, tetapi juga kreasi budi daya yang kemudian terwujud dalam bentuk-bentuk bangunan candi, seni suara pepujian, seni ukir kaligrafi dan sebagainya.
  • REMPUG BUDAYA. Gelaran ini bisa disebut juga “Kemufakatan Budaya”. Tujuannya untuk mengevaluasi kebudayaan (termasuk seni tradisional) yang masih bertahan dalam kemasyarakatan, sekaligus merumuskan bagaimana tindakan selanjutnya agar produk-produk seni dan kebudayaan dimaksud bisa ditingkatkan.
  • Pameran Tosan Aji & Konsultasi Spiritual. Kegiatan ini untuk memperluas ensiklopedi pengetahuan tentang tangible culture heritage (warisan budaya benda) dan intangible culture heritage (warisan budaya tak benda), bahwa keduanya membentuk sinergi yang kuat dalam pembentukan karakter (nilai-nilai) sebuah bangsa.
  • Pentas Seni. Berisi performing art dari cabang-cabang kesenian baik lokal maupun luar kota yang akan kita datangkan untuk sharing

 

 

WAKTU, KEGIATAN DAN TEMPAT PELAKSANAAN

 

Selasa, 11 Desember 2018

10.00 – 21.00 Pameran  Tosan Aji –  Indoor Adipura

10.00 – 21.00 Konsultasi Spiritual – Indoor Adipura

14.00 – 22.00 Pentas Seni – Outdoor Adipura

16.00 – 17.00 Pengajian Budaya  Gus Yusuf – Outdoor Adipura

19.30 – 20.00 Sambutan dan Wedhatama – Outdoor Adipura

 

Rabu, 12 Desember 2018

10.00 – 21.00 Pameran  Tosan Aji – Indoor Adipura

10.00 – 21.00 Konsultasi Spiritual – Indoor Adipura

10.00 – 22.00 Pentas Seni – Outdoor Adipura

16.00 – 17.00 Rempug Budaya Tanto Mendut – Outdoor Adipura

 

PANITIA KEGIATAN

 

Steering Commite : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo

Organizing Commite : Lembaga Kebudayaan Masyarakat (LEKAT) Wonosobo